Dalam perjalanannya Kapten Sami tidak sendirian, dari kota Winnigen, Jerman hingga Istanbul, Turki dia ditemani Ralph Eckhardt sebagai safety pilot. Kemudian dari Istanbul hingga Australia, Peter Luthaus akan menjadi safety pilot-nya. Setelah itu dari Australia hingga kembali ke Jerman, Peter akan digantikan Ralph lagi.
"Saya sebenarnya tidak mempunyai banyak persiapan untuk perjalanan ini karena 'safety pilot' sebelumnya tidak bisa melanjutkan penerbangan. Setelah Kapten Sami tiba di Istanbul dan perjalanannya tertahan, saya pikir bagaimana cara membantu dia agar dapat melanjutkan perjalanannya," kata Peter Luthaus menjabarkan.
"Tidak mudah untuk mencari pilot berpengalaman untuk perjalanan semacam ini. Ketika saya sedang mengurus sekolah penerbangan di Jerman, saya berujar kepada 'safety pilot' sebelumnya agar saya bisa melanjutkan setengah dari perjalanan ini."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang besar di Austria, Swiss dan Mesir ini pun mengungkap alasannya tidak terbang sendiri. Menurutnya faktor risiko bisa diminimalisir dengan adanya safety pilot. Belum lagi umurnya yang tidak lagi muda berisiko melupakan atau mengacuhkan hal-hal yang terjadi di dalam mesin atau kabin.
"Dalam perjalanan kami, pesawat ini kira kira mendarat sekitar 22 kali di 7 atau 8 negara berbeda, namun kondisi penerbangan mungkin mengharuskan saya untuk mendarat lebih banyak dari yang diperkirakan, tapi ini masih tentatif," jelas Kapten Sami.
Kapten Sami dan para safety pilotnya terbang dengan pesawat Mooney M20R yang sudah dimodifikasi sehingga mampu mencapai jarak 4300 mil laut/7900 kilometer selama 18 jam non-stop. Modifikasi pesawat lanjutan ini akan dilakukan di Australia. rencananya kapten Sami akan mengganti tangki bensin ke ukuran yang lebih besar.
Ini dilakukan karena menurut keterangan Kapten Sami, tidak semua bandara pemberhentian menjual avgas. Contohnya adalah di beberapa pulau di Pasifik harus menunggu beberapa minggu untuk bisa mendapatkan avgas. Ini juga yang memaksanya melewati rute ke timur, yaitu Dubai, Oman, Sri Lanka, Malaysia, Indonesia, Australia, Hawaii, Amerika Serikat, Kannada, Islandia dan kembali ke Jerman. Rute timut ini juga merupakan rute yang disarankan oleh 100 pilot lainnya.
"Saya akan melewati pasifik dan mendarat di Hawaii kemudian Oakland atau Long Beach. perjalanan tersebut akan memakan waktu sekitar 14 jam. setidaknya kami butuh avgas lebih karena ketika kami tidak bisa mendarat, kami bisa mengalihkan pendaratan ke bandara lain," kata Kapten Sami.
Dia ingin menghindari muson yang menghampiri Indonesia dan asia tenggara di sekitar bulan Juni, walaupun dirinya menyadari bahwa angin itu bisa saja datang dua atau tiga minggu lebih awal.