Jakarta, CNN Indonesia -- Bernapas adalah kegiatan terpenting dari kehidupan manusia. Jika sistem pernapasan mengalami gangguan, segala aktivitas pun tak dapat berjalan dengan baik.
Menurut data yang dipaparkan peneliti perubahan iklim dan kesehatan lingkungan dari Universitas Indonesia, Budi Haryanto, sepertiga dari penyakit di dunia merupakan komplikasi dari gangguan pernapasan.
Di Jakarta sendiri, rumah sakit dipadati dengan 65 persen pasien dengan gangguan pernapasan. Biaya pengobatan total diperkirakan dapat mencapai Rp 38,5 juta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, banyak orang tidak menyadari bahaya ini. "Debu dan polusi yang menyebabkan gangguan pernapasan itu
silent killer. Tidak kita sadari, tiba-tiba membunuh," ucap Budi.
Guna meningkatkan kesadaran masyarakat, Budi menjabarkan ciri individu yang rentan terhadap bahaya polusi dan gangguan pernapasan.
Di perkotaan seperti Jakarta, orang tidak dapat mengelak dari pencemaran udara. Polusi ditemukan di setiap sudut kota.
Orang yang berolahraga di tempat terbuka tentu memiliki potensi menghirup partikel debu dari hasil polusi.
"Orang seperti yang melakukan bike to work sebenarnya punya maksud bagus supaya sehat, tapi debu selama perjalanan sangat jahat," tutur Budi.
Selain itu, olah raga keras juga menyebabkan orang lebih banyak menarik dan mengembuskan napas.
"Dengan intensitas sering dan kuat, tentu akan lebih banyak potensi masuknya partikel debu kecil yang bisa masuk sampai paru-paru," kata Budi.
Untuk mencegah banyaknya polusi masuk ke dalam tubuh, Budi menyarankan para pesepeda memilih jalan alternatif yang lebih sepi kendaraan.
Pekerjaan yang menuntut posisi selalu di lapangan tentu sangat rentan terhadap polusi.
"Orang-orang seperti polisi, pekerja bangunan, itu sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat polusi. Profesi ini harus lebih waspada," kata Budi.
Untuk mencegah masuknya debu, Budi menyarankan pemakaian masker yang tak sembarangan.
"Ada masker-masker tipis yang murah sekali. Itu partikel debu yang tipis masih bisa masuk. Pakai masker tebal yang bahannya agak keras sepeti plastik itu," ucapnya.
Sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa rokok sangat berbahaya bagi kesehatan organ pernapasan.
"Jika mereka juga menghirup polusi, potensi dan bahayanya jadi dua kali lipat. Berhentilah merokok," Budi menjelaskan.
Selain itu, perokok juga menyebabkan orang sekitar terancam terkena penyakit gangguan pernapasan.
"Para perokok pasif juga jadi lebih berbahaya. Mengisap asap rokok dan debu di sekitar mereka," ujar Budi.
Orang yang memiliki gen keturunan masalah pernapasan tentu sangat rentan terhadap penyakit tersebut.
Untuk mencegah terjangkit penyakit tersebut, Budi menyarankan melakukan pola hidup sehat.
"Memakai masker menjadi sangat penting bagi orang-orang yang sejak awal sudah memiliki potensi gangguan pernapasan. Pemilihan masker harus jeli," ucap Budi.
"Semua orang bernapas. Kita tidak dapat memilih untuk tidak bernapas atau mau bernapas di mana," kata Budi.
Untuk itu, Budi kembali menyarankan warga memakai masker yang tebal. "Jangan mudah percaya dengan masker yang tipis. Debu tipis masih bisa masuk," ujarnya.
Namun, bahaya debu tak hanya ada di jalan, tapi juga menguntit sampai ke dalam ruangan.
"Debu yang menempel di baju akan ikut masuk juga ke dalam ruangan. Karena itu, di ruangan tertutup tanpa ventilasi, gunakan air purifier," tutur Budi.