Jakarta, CNN Indonesia -- Memiliki anak dapat memengaruhi otak perempuan. Lonjakan hormon seks perempuan selama kehamilan bisa memengaruhi perkembangan bagian penting di sistem saraf pusat, berdasarkan serangkaian penelitian, seperti dilansir laman Independent.
Temuan tersebut melaporkan, melahirkan dapat memengaruhi otak perempuan. Namun, penelitian ini juga bisa menjelaskan kontroversi soal apakah terapi penggantian hormon pada perempuan menopause memengaruhi risiko berkembangnya penyakit alzheimer di kemudian hari, kata para ilmuwan.
Penelitian melihat dua hormon estrogen yang digunakan untuk mengobati gejala menopause. Para peneliti menemukan, hormon tersebut dapat memiliki efek yang kompleks tergantung pada usia perempuan dan apakah sebelumnya mereka telah melahirkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati sebagian besar penelitian dilakukan pada tikus laboratorium, para ilmuwan berkata, temuan yang lebih luas berlaku untuk manusia, karena kesamaan hormon dan sel-sel otak yang terlibat.
Para ilmuwan menemukan, lonjakan hormon estrogen selama kehamilan, yang tingkatnya dapat melambung beberapa ratus kali dari tingkat normal, dapat mengubah neuroplastisitas atau pertumbuhan kembali sel-sel saraf di bagian otak, yang disebut hippocampus.
Hippocampus berperan untuk memori dan kesadaran spasial seseorang.
“Penelitian terbaru kami menunjukkan, menjadi ibu mengubah kognisi dan neuroplastisitas dalam merespons terapi hormon, menunjukkan bahwa menjadi ibu dapat secara permanen mengubah otak,” kata Liisa Galea dari Universitas British Columbia di Vancouver, Kanada.
“Hormon memiliki dampak besar pada pikiran. Kehamilan dan menjadi ibu merupakan peristiwa yang mengubah hidup, yang mengakibatkan perubahan, ditandai dalam psikologis dan fisiologis perempuan,” kata Galea.
“Faktor-faktor ini harus diperhitungkan ketika mengobati gangguan otak pada perempuan,” katanya kepada Asosiasi Neuroscience Kanada.
Bentuk paling ampuh hormon estrogen, disebut estradiol, meningkatkan produksi sel-sel baru di hippocampus, dan meningkatkan peluang sel-sel saraf bertahan dalam jangka panjang, kata Galea.
Para ilmuwan juga menemukan, paparan jangka panjang estradiol mendorong memori tikus betina muda, saat diuji di labirin. Namun, ini tidak terjadi ketika tikus diberi hormon estrogen berbeda yang disebut estron, yakni komponen dari bentuk paling umum terapi penggantian hormon.
Efek ini terjadi ketika estron diberikan pada tikus betina usia menengah yang sudah melahirkan. Estron muncul dan merusak kemampuan belajar serta menghafal.
Namun, ketika diberikan pada tikus betina usia sama, yang sebelumnya belum pernah melahirkan, terapi hormon berdasarkan estron meningkatkan pembelajaran dan memori, serta meningkatkan neuroplastisitas dalam hippocampus. Ini menunjukkan, kehamilan sebelumnya telah memengaruhi otak secara permanen.
"Jika Anda pernah melahirkan, Anda memiliki memori yang lebih baik, tetapi mengalami peningkatan risiko mengembangkan kondisi seperti alzheimer. Tapi kami tidak tahu banyak tentang mengapa hal ini terjadi, "kata Galea.
(win/mer)