Jakarta, CNN Indonesia -- Kepuasan seksual merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan kualitas hidup. Salah satu indikasi hubungan seksual memuaskan adalah jika ereksi pria kuat.
Pentingnya ereksi terbukti dari sebuah penelitian yang digagas oleh Harris Interactive pada 2011. Merujuk pada penelitian tersebut, delapan dari sepuluh pria dan tujuh dari perempuan di Indonesia menganggap bahwa kerasnya ereksi dan kemampuan pria untuk mempertahankannya merupakan faktor sangat penting untuk mendapatkan pengalaman seksual optimal.
"Kondisi ini disebut disfungsi ereksi. Kepuasan seksual itu nanti akan memengaruhi keharmonisan hubungan juga," ujar dokter spesialis andrologi, Heru Oentoeng, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (27/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tingkat ereksi terbagi menjadi empat tingkatan. Pertama, disfungsi ereksi (DE) berat. Pada kondisi ini, penis membesar, tapi tidak keras.
Kondisi kedua adalah DE sedang, di mana penis keras, tapi tidak cukup keras untuk melakukan penetrasi. Ketiga, DE ringan, yaitu saat penis cukup keras untuk penetrasi, tapi tidak seluruhnya keras. Kondisi terakhir adalah tidak disfungsi ereksi.
Menurut Heru, DE dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu kelainan organik, konsumsi obat-obatan seperti anti-depresan, dan psikologi.
Salah satu faktor stres terbesar adalah pasangan sendiri. Menurut psikolog seksual, Zoya Amirin, saat pria tidak ereksi, perempuan biasanya mulai mengeluh.
"Laki-laki itu harga dirinya tinggi. Ketika tidak bisa memenuhi kepuasan istri atau tidak bisa lebih kuat, mereka stres. Akhirnya mereka mencari banyak cara yang justru menambah stres," kata Zoya.
Jalan keluar paling populer adalah membeli obat kuat atau pergi ke dokter untuk konsultasi. "Menurut statistik saya, 60 persen pasien saya adalah laki-laki yang datang sendiri. Sisanya berpasangan. Yang dengan istrinya 30 persen, 10 persen lainnya diseret istri," tutur Heru.
Dari 60 persen tersebut, sebagian besar mengaku tertekan tidak dapat memuaskan istri. "Namun, seharusnya tidak semuanya ditekankan ke suami, istri juga harus dievaluasi. Peran serta istri bisa merangsang keromantisan juga," kata Heru.
Mendukung pernyataan Heru, Zoya berkata, "Susah kalau laki-lakinya saja.
User (istri) gimana? Harus dateng dulu. Nanti salah skalanya, terlalu percaya diri padahal istri tidak puas, atau depresi mengira istri kecewa, padahal biasa saja. Kedua belah pihak harus berkontribusi," ucap Zoya.
(win/utw)