Jakarta, CNN Indonesia -- Normalnya, seorang laki-laki terlahir dengan dua buah zakar atau testis. Tapi kondisi tertentu membuat testis tidak turun ke tempat seharusnya sejak ia masih dalam kandungan.
Dalam dunia kedokteran kondisi itu dikenal dengan istilah
undescended testis (UDT) atau kriptorkismus, yaitu kelainan proses penurunan testis ke dalam kantong zakar (skrotum).
Testis terbentuk di perut selama perkembangan janin. Selama beberapa bulan terakhir perkembangan janin normal, testis secara bertahap turun dari perut melalui jalan seperti tabung di pangkal paha (inguinal canal) ke dalam skrotum. Pada kasus kriptorkismus, proses tersebut terhenti atau tertunda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Testis berhenti pada salah satu lokasi penurunan testis, dapat di dalam perut, lipat paha, ataupun di atas kantong zakar,” kata Dr. dr. Irfan Wahyudi, SpU (K), dokter spesialis urologi dari RS Siloam ASRI, dalam acara seminar media ‘Kenali dan Pahami Kelainan Genital pada Anak Laki-laki Sejak Dini!’, di Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis (28/5).
Dijelaskan dr Irfan, ada berbagai faktor yang menyebabkan testis tidak turun, antara lain bayi lahir prematur, berat badan bayi lahir rendah atau kecil selama masa kehamilan, letaknya bayi sungsang, ibu diabetes saat hamil, dan adanya riwayat kriptorkismus dalam keluarga.
Karena itu, sejak bayi laki-laki baru lahir sebaiknya diperiksa kelengkapan pada alat kelaminnya, termasuk ada tidaknya testis di dalam kantong skrotum. Masalah ini perlu diperhatikan karena bisa membawa dampak besar pada anak ketika ia dewasa.
“Bisa menyebabkan banyak masalah, si anak jadi sulit berkemih, celananya selalu terkena air kencing jadi tidak bisa kencing berdiri,” katanya.
Selain itu, testis yang tidak turun bisa menyebabkan masalah fertilitas ketika si anak tumbuh dewasa. “Testis suhunya jadi tinggi kalau di atas terus (di dalam perut). Akibatnya, sel-sel dari testis yang akan jadi sperma akan rusak,” kata dr. Arry Rodjani, SpU (K), dokter spesialis urologi dari RS Siloam ASRI, dalam kesempatan yang sama.
Testis tidak turun juga bisa menyebabkan kanker di kemudian hari. Menurut dr Arry, risiko kanker testis pada penderita kriptorkismus delapan kali lebih besar dibanding pada laki-laki normal.
“Kondisi ini bisa diatasi dengan operasi, tapi sebaiknya sebelum anak berusia 1 tahun,” kata dr Arry.
dr Arry mengatakan, operasi yang dilakukan sebelum anak berusia 1 tahun bisa menyelamatkan 70 persen sel sperma yang masih baik. Tapi jika operasi baru dilakukan ketika usia anak sudah lebih dari 1 tahun, sepertiga sel spermanya sudah telanjur rusak. Makin lama dioperasi maka sperma pun semakin habis.
“Makin tua makin rusak. Dioperasi sebelum 1 tahun untuk mencegah kerusakan permanen,” katanya.
(mer/mer)