
Mengenal Teh Darjeeling, si Raja Teh dari India
Senin, 22 Jun 2015 09:47 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Pada zaman perang, Darjeeling hanya dikenal sebagai tempat penghubung antara Bhutan dan Nepal. Tak ada yang mengetahui bahwa tanah Provinsi Darjeeling, India, menyimpan salah satu teh terbaik di dunia.
Hingga akhirnya Inggris menyambangi Darjeeling dan menemukan bahwa iklim di provinsi tersebut sangat cocok untuk tanaman teh. Mereka pun mulai mengelola lahan di lembah-lembah Darjeeling.
Jenis: teh hitam
Secara tradisional, jenis teh yang ditanam di Darjeeling merupakan black tea. Menurut Trixie, black tea merupakan teh dengan proses oksidasi paling banyak.
"Proses oksidasi menciptakan theine yang lebih kuat sehingga orang akan lebih melek. Jenis teh ini dapat memompa energi untuk bersiap beraktivitas seharian," tutur Trixie.
Pucuk daun teh
Kebanyakan teh merupakan ekstrak dari daun pohon Camellia sinensis. Namun, black tea Darjeeling kebanyakan merupakan ekstrak dari pucuk daun pohon teh tersebut.
"Bisa dibayangkan, kalau daun saja itu tidak terlalu sulit. Namun, untuk memilih hanya pucuknya itu membutuhkan usaha lebih keras," tutur Trixie.
Tak sampai di situ, teh Darjeeling juga memiliki tingkatan merujuk pada pucuk yang dipakai. Menurut Trixie, ada banyak perkebunan teh di Darjeeling. Semakin banyak pucuk teh yang digunakan, semakin tinggi pula tingkatannya.
Selain itu, lama tumbuhnya satu pucuk juga memengaruhi harga dari teh Darjeeling. "Ada yang tumbuhnya cepat dan lambat. Tentu yang lambat lebih mahal karena usahanya juga lebih keras," kata Trixie.
Tempat tumbuh
Di Darjeeling ada banyak perkebunan teh. Persebaran teh ini juga ternyata memengaruhi rasa.
"Teh itu menyerap aroma di sekitar mereka tumbuh. Karakteristik setiap daerah itu berbeda," ucap Trixie.
Beragamnya jenis tanah dan daerah di Darjeeling membuat teh yang dihasilkan juga beraneka. Setiap teh memiliki ciri khas aroma dan after taste yang berbeda.
Waktu panen
Kekayaan rasa teh Darjeeling juga dipengaruhi oleh waktu panen. Teh Darjeeling sendiri akhirnya dibagi menjadi tiga tipe menurut waktu panen.
"Ada first flush itu waktu musim semi. Sementara itu, second flush itu waktu musim panas, dan third flush itu waktu musim gugur. Semuanya menghasilkan rasa berbeda," kata Trixie.
Teh yang dipanen pada musim semi umumnya memiliki aroma bunga yang kuat. "Kembali lagi karena teh itu menyerap bau sekitar, jadi pada saat bunga bermekaran maka teh yang dihasilkan juga beraroma bunga," ucap Trixie.
Sementara itu, teh yang dipanen pada gelombang kedua dan ketiga memiliki karakteristik yang mirip. "Semakin ke musim panas dan gugur, rasa dan warnanya itu lebih pekat. Kandungan theine sama, tapi warna lebih pekat," kata Trixie.
(mer/mer)
Hingga akhirnya Inggris menyambangi Darjeeling dan menemukan bahwa iklim di provinsi tersebut sangat cocok untuk tanaman teh. Mereka pun mulai mengelola lahan di lembah-lembah Darjeeling.
Jenis: teh hitam
Secara tradisional, jenis teh yang ditanam di Darjeeling merupakan black tea. Menurut Trixie, black tea merupakan teh dengan proses oksidasi paling banyak.
"Proses oksidasi menciptakan theine yang lebih kuat sehingga orang akan lebih melek. Jenis teh ini dapat memompa energi untuk bersiap beraktivitas seharian," tutur Trixie.
Pucuk daun teh
Kebanyakan teh merupakan ekstrak dari daun pohon Camellia sinensis. Namun, black tea Darjeeling kebanyakan merupakan ekstrak dari pucuk daun pohon teh tersebut.
"Bisa dibayangkan, kalau daun saja itu tidak terlalu sulit. Namun, untuk memilih hanya pucuknya itu membutuhkan usaha lebih keras," tutur Trixie.
Tak sampai di situ, teh Darjeeling juga memiliki tingkatan merujuk pada pucuk yang dipakai. Menurut Trixie, ada banyak perkebunan teh di Darjeeling. Semakin banyak pucuk teh yang digunakan, semakin tinggi pula tingkatannya.
Selain itu, lama tumbuhnya satu pucuk juga memengaruhi harga dari teh Darjeeling. "Ada yang tumbuhnya cepat dan lambat. Tentu yang lambat lebih mahal karena usahanya juga lebih keras," kata Trixie.
Tempat tumbuh
Di Darjeeling ada banyak perkebunan teh. Persebaran teh ini juga ternyata memengaruhi rasa.
"Teh itu menyerap aroma di sekitar mereka tumbuh. Karakteristik setiap daerah itu berbeda," ucap Trixie.
Beragamnya jenis tanah dan daerah di Darjeeling membuat teh yang dihasilkan juga beraneka. Setiap teh memiliki ciri khas aroma dan after taste yang berbeda.
Waktu panen
Kekayaan rasa teh Darjeeling juga dipengaruhi oleh waktu panen. Teh Darjeeling sendiri akhirnya dibagi menjadi tiga tipe menurut waktu panen.
"Ada first flush itu waktu musim semi. Sementara itu, second flush itu waktu musim panas, dan third flush itu waktu musim gugur. Semuanya menghasilkan rasa berbeda," kata Trixie.
Teh yang dipanen pada musim semi umumnya memiliki aroma bunga yang kuat. "Kembali lagi karena teh itu menyerap bau sekitar, jadi pada saat bunga bermekaran maka teh yang dihasilkan juga beraroma bunga," ucap Trixie.
Sementara itu, teh yang dipanen pada gelombang kedua dan ketiga memiliki karakteristik yang mirip. "Semakin ke musim panas dan gugur, rasa dan warnanya itu lebih pekat. Kandungan theine sama, tapi warna lebih pekat," kata Trixie.
(mer/mer)
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Lihat Semua
BERITA UTAMA
TERBARU
LAINNYA DI DETIKNETWORK