Jakarta, CNN Indonesia -- Tidak sedikit dokter, perawat, bidan, dan asisten dokter bekerja dalam keadaan sakit, meskipun mereka tahu bahwa kondisi tersebut menempatkan pasien pada risiko, berdasarkan sebuah suvei terbaru.
Sebagian besar mengatakan, mereka tidak mengaku sakit karena tidak ingin membiarkan pasien kecewa karena telah mengambil cuti sakit. Mereka juga khawatir untuk mencari staf yang dapat menutupi ketidakhadiran mereka.
Julia E. Szymczak, dari Rumah Sakit Anak Philadelphia, dan rekan penelitinya, menganalisis respons survei yang dikumpulkan pada tahun lalu. Jajak pendapat tersebut dilakukan terhadap 536 dokter dan praktisi kesehatan lanjutan di institusi mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih dari 95 persen dari peserta meyakini, bekerja ketika sakit menempatkan pasien pada risiko. Lalu, sebanyak 83 persen peserta mengatakan mereka bekerja dengan gejala-gejala penyakit misalnya diare, demam, dan keluhan pernapasan, pada tahun lalu.
Sekitar sembilan persen peserta yang bekerja di saat sakit setidaknya mengalami hal tersebut lima kali pada tahun lalu. Para dokter lebih sering mengalami hal tersebut ketimbang perawat atau asisten dokter.
Menganalisis komentar-komentar tersebut, para peneliti menemukan, sebagian besar peserta melaporkan kesulitan ekstrem ketika sedang sakit tapi tetap harus bekerja. Peneliti juga melaporkan, ada norma budaya yang kuat untuk tetap bekerja kecuali mengalami sakit yang luar biasa, berdasarkan temuan tersebut dilaporkan dalam JAMA Pediatrics.
Petugas kesehatan dalam kondisi sakit dapat memberikan risiko nyata terhadap pasien, teruma orang-orang yang terganggu sistem kekebalan tubuhnya, misalnya pasien kanker atau pasien tranplantasi, kata Jeffrey R. Starke dari Fakultas Kedokteran Baylor College di Houton.
“Sebagian besar rumah sakit memiliki kebijakan yang membatasi kunjungan dari pengunjung yang sakit. Kami akan memeriksa gejala-gejala penyakit mereka,” kata Starke, seperti dilansir dari laman Reuters. “Namun, kami tidak melakukan hal yang sama untuk diri kami sendiri.”
Selain dapat menyebarkan penyakit, dokter dan praktisi kesehatan yang sakit berkinerja lebih buruk dari mereka yang sehat, katanya melanjutkan.
(win/mer)