Ke Mana Dana Sumbangan dari Ice Bucket Challenge Bermuara?

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Rabu, 22 Jul 2015 05:18 WIB
ALS Association akhirnya melansir bahwa 40 persen dari dana terhimpun kini sudah terpakai atau masuk daftar anggaran.
Ice bucket challenge. ( REUTERS/Kim Kyung-Hoon )
Jakarta, CNN Indonesia -- Akhir tahun lalu, dunia maya dibanjiri tayangan tantangan Ice Bucket Challenge. Ketika kampanye kepedulian terhadap penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) ini mulai menjamur di masyarakat, banyak pesohor mengunggah video mereka diguyur seember air es dan menantang orang lain untuk turut ambil bagian dan berdonasi.

Di akhir masa kampanye, tercatat sekitar 17 juta orang berpartisipasi. Donasi yang terkumpul pun meluap hingga US$115 juta atau setara Rp 1,5 triliun. Namun, pertanyaan besarnya adalah ke mana donasi tersebut bermuara? Seberapa dalam sebenarnya para partisipan harus merogoh kocek?

Sebagian kecil dari pertanyaan besar tersebut kini mulai terjawab. Seperti dilansir The Independent, ALS Association akhirnya melansir bahwa 40 persen dari dana terhimpun kini sudah terpakai atau masuk daftar anggaran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, 67 persen dana yang terkumpul akan dipakai untuk penelitian. Sebanyak US$23 juta akan dihabiskan untuk membantu pasien, komunitas pelayanan, alat bantu komunikasi dan bergerak. Porsi US$10 juta akan dikonsumsi para dokter untuk proses pengobatan pasien.

Lebih jauh, dana sebesar US$5 juta atau setara Rp 66,7 miliar akan didedikasikan bagi badan penelitian Neuro Collaborative. Kelompok tersebut menciptakan garis sel induk dari pasien ALS yang akan meniru sel-sel saraf mereka.

ALS sendiri adalah penyakit dengan kondisi langka, di mana sistem saraf pasien rusak lantaran sel neuron tidak bekerja dengan baik. Seiring berjalannya waktu, otot pengidap ALS akan kian lemah dan daya pandang pun memburuk.

Hingga akhirnya, pasien akan sulit berjalan, daya genggam melemah, dan mereka mulai tak dapat berbicara, mengunyah, bahkan bernapas.

"Kami mulai dapat melihat penyebab mereka meninggal. Kami bisa memberikan obat kepada mereka untuk melihat apakah dapat melambatkan proses pertumbuhan penyakit tersebut. Ini seperti melihat avatar dirimu sendiri di atas cawan petri," ujar seorang peneliti dari Neuro Collaborative, Clive Svendsen.

(utw/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER