Jakarta, CNN Indonesia -- Berdasarkan penelitian baru di Amerika Serikat, kira-kira hanya setengah dari jumlah pasien stroke yang menggunakan layanan medis darurat (EMS) untuk sampai ke rumah sakit.
Perempuan kulit putih adalah yang paling mungkin untuk memanggil ambulans. Sementara, orang kulit hitam dan Hispanik, baik laki-laki maupun perempuan, adalah yang paling kecil kemungkinannya memanggil layanan medis darurat.
Penulis penelitian, Heidi Mochari-Greenberger dari Fakultas Kedokteran Universitas Columbia di New York mengatakan, dari hasil penelitian tersebut, ras dan gender tampaknya memengaruhi siapa yang paling sering menelepon ambulans, bahkan ketika peneliti mengambil faktor-faktor lain seperti usia, asuransi kesehatan, lokasi geografis, sejarah medis, dan gejala stroke sebagai bahan pertimbangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan penggunaan EMS pada pasien stroke, misalnya kehadiran orang lain saat serangan stroke, tingkat pendidikan, atau kemampuan bahasa Inggris, bisa berkontribusi pada perbedaan ras-etnis dan jenis kelamin yang diamati,” katanya.
Berdasarkan Asosiasi Stroke Nasional di Amerika Serikat, akronim F.A.S.T dapat membantu seseorang untuk mengenali tanda-tanda stroke dengan cepat. Wajah terkulai (Face drooping), lengan lemah atau mati rasa (Arm weakness or numb), kesulitan bicara (Speech difficulty) menandakan bahwa sudah waktunya (Time) untuk menelepon EMS.
Jika merasakan adanya gejala-gejala tersebut, bahkan jika sudah tidak dirasakan lagi, seseorang harus tetap menelepon EMS. Nomor EMS di Amerika serikat adalah 9-1-1, sementara di Inggris 9-9-9.
Mochari Greenberger dan sejumlah rekan penelitiannya menggunakan catatan medis dari sekitar 400 ribu pasien stroke yang dirawat di 1600 rumah sakit yang ikut serta dalam Asosiasi Jantung Amerika atau Asosiasi Stroke Amerika antara 2011 dan 2014.
Dengan usia rata-rata adalah 71 tahun, setengah dari pasien stroke adalah perempuan, dan hampir 70 persen berkulit putih. Hampir 20 persen berkulit hitam, delapan persen Hispanik, dan tiga persen adalah Asia.
Berdasarkan laporan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Asosiasi Jantung Amerika, lebih dari 60 persen dari perempuan kulit putih telah dibawa ke rumah sakit dengan EMS. Hal tersebut dibandingkan dengan 57 persen dari laki-laki kulit putih.
Lalu, sekitar 57 persen perempuan Asia memanggil ambulans, dibandingkan dengan 55 persen laki-laki Asia. Menariknya, perempuan cenderung memiliki hasil stroke yang lebih buruk. Namun, dalam penelitian ini, mereka cenderung lebih sering memanggil EMS untuk sampai ke rumah sakit.
“Perempuan mengenali gejala (stroke) lebih baik apa pun alasannya. Dan pada populasi orang-orang yang lebih tua, perempuan seringkali hidup lebih lama dari laki-laki, sehingga perempuan lebih mungkin hidup sendiri ketika mereka mengalami gejala stroke,” kata Whitson.
(win/mer)