Jakarta, CNN Indonesia -- Perdebatan hubungan antara media sosial dan kesehatan mental terus berlangsung. Mulai perdebatan pantas tidak dari unggahan foto-foto seperti foto ibu menyusui, gadis-gadis yang menjalankan diet keras berisiko, hingga silang pendapat tentang suatu obyek lewat media sosial.
Ada yang mengatakan bahwa mungkin bukan berapa lama waktu yang dihabiskan seseorang untuk online yang berpengaruh, tapi bagaimana seseorang menggunakan media sosial. Khususnya pada kaum wanita.
Dari survei terhadap 128 mahasiswi, peneliti menemukan fakta yang kemudian dilaporkannnya dalam
Journal of Adolescent Health edisi Agustus. Mereka menemukan orang yang sangat aktif menggunakan Facebook cenderung punya masalah dengan perilaku penurunan berat badan secara tak sehat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti penggunaan pil penurun berat badan yang tak aman. Tapi itu hanya terjadi apabila mereka menggunakan Facebook untuk membandingkan diri mereka dengan orang lain.
Selama wanita tidak menggunakan Facebook untuk membandingkan, tak terlalu terikat secara emosional, tidak punya masalah citra tubuh dan hanya sedikit berisiko dalam diet tak sehat, semua akan baik-baik saja.
“Ini seperti pisau bermata ganda,” kata pimpinan penelitian Stephanie Zerwas, PhD seperti dikutip dari Health. Zerwas adalah asisten profesor bidang psikiatri di University of North Carolina School of Medicine.
“Jika Anda menggunakan media sosial untuk mengukur dan membandingkan tubuh Anda dengan orang lain, hal itu sangat berisiko dan bisa langsung dihubungkan dengan masalah kelainan pola makan,” kata Zerwas.
Namun jika Anda hanya menggunakan sekadar untuk menjalin jaringan sosial dengan orang sekeliling Anda, justru itu akan mengurangi risiko kesepian dan menciptakan pertemanan yang baik.
“Para gadis dalam penelitian kami menggambarkan perasaan prihatin setelah di-
tag oleh orang lain, mereka mengatakan tak ingin berada dalam gambar itu,” kata Zerwas. “Biasanya memilih untuk melakukan
untagging dari pada mengakui tak suka foto itu karena merasa mereka terlihat gemuk.”
Jadi bagaimana kita tahu bahwa media sosial telah mengacaukan hidup kita. Berikut beberapa pertanyaan untuk mengeceknya yang diberikan Zerwas.
1. Saya mengunggah foto untuk berbagi atau membandingkan? Apakah Anda sangat membutuhkan komentar orang saat mengunggah foto? “Berpikirlah baik-baik tentang foto yang Anda bagi secara online. Apakah niat Anda untuk selfie atau membagi momen dalam hidup Anda pada orang lain? Dua tujuan itu bisa bermakna berbeda.”
2. Apa motivasi saya saat me-‘like’ foto orang lain?“Satu hal yang saya dorong untuk dilakukan para siswa adalah apakah mereka menekan ‘like’ karena benar-benar menyukai foto teman mereka? Atau hanya merupakan ekspresi rasa sayang pada teman?” kata Zerwas. Menurut Zerwas memahami perilaku diri sendiri akan membantu menilai dan memaknai dengan lebih baik perilaku orang lain di dunia online.
3. Apakah saya meninggalkan media sosial dengan perasaan marah, cemas atau cemburu?“Perasaan seperti ini memang mudah muncul, ketika kita melihat foto orang dan berpikir ‘Ya Tuhan, hidup mereka sempurna sekali’,” kata Zerwas. “Orang lupa bahwa yang diunggah orang hanyalah potongan momen hidup mereka yang sudah mereka pilih dengan hati-hati.”
4. Apa yang perlu dilakukan?Jika jawaban atas beberapa pertanyaan Zerwas lebih banyak negatifnya, Zerwas menyarankan untuk melakukan detoks digital. “Satu strategi yang bisa dilakukan adalah meninggalkan media sosial. Anda juga bisa bicara dengan orang terdekat.”
(utw/utw)