Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika seorang penderita bipolar sedang kumat, emosinya menggebu dan segala risiko siap melumat. Guna menghindari hal fatal, psikiater dari Sanatorium Darmawangsa, Ashwin Kandouw, mengimbau agar orang sekitar peka terhadap gejala dan memahami tahap pengobatan penderita gangguan bipolar.
"Bipolar itu gangguan suasana perasaan yang dicirikan dengan adanya dua kutub ekstrem emosi. Ketika amplitudo emosi tinggi, penderita akan impulsif dan dapat melakukan apapun. Akibatnya juga bisa fatal sampai kematian," ujar Ashwin dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (19/8).
Ashwin lantas menjabarkan beberapa gejala jika seorang penderita bipolar kambuh. "Biasanya perilakunya berubah drastis. Tadinya biasa saja, jadi centil atau sedih terus dan menarik diri dari lingkungan," kata Ashwin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada situasi seperti ini, peran orang terdekat, kata Ashwin, sangat penting. Selain merangkul dan mengawasi setiap gerak-gerik, salah satu penanggulangan paling jitu adalah membawa ke dokter.
Namun, ketidakpahaman mengenai obat dan proses penyembuhan membuat upaya dokter terkadang terhambat. Ashwin pun memaparkan beberapa hal penting dalam pengobatan agar penderita maupun pendamping dapat turut berperan aktif.
Menurut Ashwin, hal pertama yang harus diketahui adalah jenis obat. Ashwin membagi obat yang biasa diberikan kepada pasien bipolar menjadi dua kelompok, yaitu pengendali suasana hati dan antipsikotik.
Obat pengendali suasana hati paling klasik adalah Lithium. Namun, dewasa ini para ahli medis juga mulai memberikan obat yang awalnya ditujukan untuk mengendalikan kejang, seperti Divalproat, Carbamazepin, Lamotrigin.
"Itu memang awalnya untuk antikejang, tapi penelitian terbaru menunjukkan bisa juga untuk obat mood stabilizer. Jangan bingung atau balik lagi ke dokter hanya untuk memastikan tidak salah resep. Buang-buang waktu," kata Ashwin.
Sementara itu, jenis obat antipsikotik dapat berupa Quetiapin, Olanzapin, Aripiprazol, Risperidon, dan Haloperidol. "Semua obat ini juga awalnya untuk skizofrenia, tapi dapat berfungsi untuk antipsikotik. Tidak usah dipermasalahkan," kata Ashwin.
Setelah mengetahui jenis obat yang diasup, proses pengobatan pun berjalan. Menurut Ashwin, ada tiga tahap pengobatan, yaitu akut, lanjutan, dan rumatan.
Akut
Ketika kambuh, pasien akan memasuki tahap pengobatan akut dengan prioritas yang diteliti adalah kemanjuran obat.
"Kita mau lihat respons tubuh pasien terhadap obat. Cari dosis yang tepat. Obat harus sedikit lebih kuat dari gejala agar dapat melawan. Kita tunggu sampai ada peredaan," ucap Ashwin.
Tahap ini biasanya berlangsung dalam rentang waktu 3-8 pekan.
Fase lanjutan
Setelah gejala reda, pengobatan selanjutnya adalah mencegah agar tak terjadi lagi kambuh.
"Pada tahap ini, fungsi organ mulai membaik. Cari obat yang dapat membuat pasien nyaman dengan dosis yang disesuaikan," kata Ashwin.
Rumatan
Setelah 2-6 bulan fase lanjutan, gejala akan semakin turun. Selain mencegah kekambuhan, obat pada tahap rumahan juga harus membantu mengoptimalkan kerja organ tubuh
"Kenyamanan pasien yang utama. Dosis minimal optimal, artinya seminimal mungkin, tapi tetap optimal. Durasinya tidak terbatas," tutur Ashwin.