Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu cara yang bisa Anda gunakan untuk melindungi anak Anda dari ancaman penculikan adalah dengan cara mengajarinya menolak. Anak harus dilatih untuk bisa menolak ajakan atau tawaran dari orang yang dikenal, maupun tidak dikenalnya.
Menawarkan makanan kesukaan anak seperti permen dan cokelat adalah beberapa modus yang biasa dilakukan penculik untuk membujuk targetnya agar mau ikut bersamanya. Memang tidak dapat dimungkiri, tawaran ini begitu menggiurkan untuk anak, tapi Anda harus bisa mengajarinya menolak.
"Ajari anak menolak, bukan hanya bilang tidak, tapi juga terima kasih. Itu lebih manjur untuk menolak daripada bilang tidak saja," kata psikolog anak dan keluarga Anna Surti saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (4/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika anak sangat menginginkan barang yang ditawarkan orang asing, tetap tanamkan kepada anak agar tetap bisa menolaknya.
"Sampaikan kepada anak, kalau anak sangat menginginkan barang tersebut, Anda harus menyampaikan pada anak Anda untuk bilang kepada Anda siapa yang menawarkan barangnya biar nanti bisa mencarinya bersama," ujar Anna.
Dengan cara itu, Anda tidak hanya bisa menghindari anak dari niat jahat orang lain, tapi juga bisa mengetahui siapa orang yang menawarkan sesuatu pada anak Anda.
Tidak hanya soal makanan, ada juga modus penculikan yang menggunakan binatang sebagai pemikat. Sama halnya dengan makanan, Anda juga harus bisa mengajarkan anak untuk menolak.
"Bilang saja, 'Aku sudah punya binatang di rumah'. Kalau tidak punya binatang bisa melatih anak untuk meminta izin dulu ke mama," kata Anna.
Anak juga harus diajarkan untuk menolak ajakan orang lain untuk pergi bersamanya. Ajarkan pada anak untuk menolak dan mengatakan harus pamit ke orang tua sebelum pergi.
"Ketika ada yang memaksa ajarkan untuk lari ke tempat ramai sambil teriak tolong. Kalau ada yang mau memeluk atau meraba tubuhnya, tangkal dengan tangan atau kaki, teriak minta tolong, sambil lari," kata Anna.
Tapi, Anna berpesan, orang tua harus mempraktikkan itu semua. Jangan hanya menyuruh secara lisan saja.
"Jangan di level yang dibayangkan saja, tapi anaknya harus bisa mempraktikkannya," ujar Anna.
(mer)