Cerita Desainer Australia Soal Pasar Baju Muslim di Negaranya

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Rabu, 09 Sep 2015 14:53 WIB
Di Australia, pelanggan para desainer busana muslim berasal dari berbagai kalangan. Tak hanya penduduk Australia yang beragama Muslim.
Eisha Saleh, desainer busana muslim asal Australia yang akan tampil dalam gelaranIndonesia International Islamic Fashion and Products (IIIFP) 2015. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bisnis modest fashion atau yang lebih dikenal dengan fesyen busana muslim berkembang sangat pesat di Indonesia. Wajar saja, konsumennya sendiri sangat banyak karena mayoritas penduduknya beragama Islam.

Lantas bagaimana dengan bisnis modest fashion di negara-negara yang mayoritas penduduknya bukan Islam? Siapa yang membeli busana modest fashion di sana?

Jawabannya, tentu bisa siapa saja. Modest fashion tak melulu bicara soal baju muslim yang dilengkapi dengan hijab. Istilah modest dipilih agar fesyen ini lebih universal dan tidak terbatas pada agama tertentu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Australia, pelanggan para desainer busana muslim juga berasal dari berbagai kalangan. Tak hanya penduduk Australia yang beragama Muslim, warga lainnya pun juga bisa memakai karya para desainer kapanpun mereka mau.

Amalina Aman, desainer busana muslim ternama dari Australia mengatakan tak sulit baginya untuk membangun merek fesyen dan memasarkan produk modest fashion miliknya. Apalagi ia tinggal di Lakemba, New South Wales, yang penduduk Muslimnya cukup banyak.

"Saya membangun bisnis ini sejak 2004, sungguh tidak sulit menjalankannya. Asalkan punya sesuatu yang berbeda orang pun akan membeli barang Anda," kata Amalina saat berbincang dengan CNN Indonesia di Jakarta, Selasa (8/9).

Amalina juga punya strategi agar koleksinya bisa dibeli siapa saja dan lebih universal. Ia mendesain pakaian yang bisa dipakai semua orang, meski tanpa hijab. Namun, tetap menjaga unsur kesopanan dan karakteristik dari modest fashion itu sendiri. Yang penting, ketika dipakai akan tetap terlihat bagus dan fashionable.

"Tentu tetap terlihat bagus tanpa hijab. Banyak orang yang membeli kaftan, outerwear. Terserah mereka bagaimana mau memakai pakaian saya selama mereka nyaman," ujar Amalina.

Ia mengatakan banyak perempuan yang menyukai desain busananya karena terlihat unik dan berbeda. Apalagi ia membuat produksi pakaian yang sangat terbatas sehingga busananya terkesan eksklusif dan tidak membuat konsumen bosan.

Sama seperti Amalina, Eisha Saleh, pemilik merek fesyen Baraka Women, juga mengatakan tidak sulit memasarkan modest fashion di Negeri Kangguru itu. Hal ini semata-mata karena ia menggunakan terminologi modest fashion yang lebih universal dibandingkan dengan busana muslim.

"Dengan cara itu saya bisa lebih banyak menggaet pelanggan karena di Australia ada banyak kelompok masyarakat Yahudi maupun Kristiani juga," kata Eisha.

Perempuan berhijab itu juga mengatakan, pemasaran busana yang ia produksi tidak menjadi sulit karena semua perempuan pada dasarnya menyukai memakai modest fashion.

Masyarakat Australia juga memiliki tolerasi yang sangat tinggi, kata Eisha. Mereka juga saling mendukung terhadap hal-hal baik yang dilakukan orang Australia lainnya. Kabar bahwa di Australia tidak toleran pun buru-buru ditepis Eisha.

"Banyak media mengabarkan kalau di Australia ada elemen masyarakat yang melakukan rasisme, itu tidak benar. Di kehidupan sehari-hari saya tidak pernah menemukan itu," ujar Eisha.

Amalina dan Eisha pun yakin, ke depannya akan lebih banyak orang yang tertarik dengan modest fashion. Australia pun akan menjadi salah satu tempat di mana modest fashion juga berkembang dengan baik.


(mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER