Jakarta, CNN Indonesia -- Setiap negara mempunyai keunikan masing-masing. Mulai dari suku bangsa, bahasa, kebiasaan, sampai selera berpakaian pun bisa berbeda-beda.
Selera berpakaian biasanya dipengaruhi oleh beberapa hal. Selain karakteristik penduduknya, seperti budaya, postur tubuh, dan faktor internal lainnya, kondisi lingkungan sekitar pun berpengaruh, misalnya suhu udara.
Perbedaan suhu udara di Australia dan Indonesia pun menyebabkan selera berpakaiaanya berbeda. Kita bisa ambil contoh penggunaan
modest fashion. Sama-sama mementingkan kesopanan, tapi ada perbedaan mendasar antara selera
modest fashion di Indonesia dan Australia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Indonesia, pengguna
modest fashion umumnya menyukai baju dengan warna-warna yang cerah. Bahkan dalam satu tampilan, bisa sampai tiga warna melekat di badan.
Dari model busananya, Indonesia lebih suka layering atau model bertumpuk. Belum lagi penggunaan aksesori pada hijab maupun aksesori tambahan seperti kalung dan gelang yang juga tak pernah ketinggalan.
Kondisi ini tentu jauh berbeda dengan di Australia. Meski negara tetangga, tapi ada perbedaan yang cukup mencolok dari Indonesia dan Australia dalam memilih
modest fashion.Desainer
modest fashion Australia Eisha Saleh mengatakan, Australia punya gaya sendiri.
Modest fashion Australia lebih mengarah pada tampilan yang sederhana dan lebih kalem.
"Orang Australia lebih suka model yang sederhana karena mereka menyukai yang kasual. Mereka suka melakukan aktivitas di luar rumah seperti pergi ke pantai atau jalan-jalan di taman, jadi mereka butuh pakaian yang bisa menunjang aktivitasnya," kata Eisha saat berbincang dengan CNN Indonesia beberapa waktu lalu.
Eisha juga menjelaskan, perempuan Australia yang memilih
modest fashion lebih suka menggunakan
loose pants, loose top, maupun
long sleeve top. Ia mengatakan orang Australia lebih menyukai tampilan seperti itu daripada menggunakan pakaian secara bertumpuk.
"Di Australia itu udaranya panas sekali. Beda dengan iklim di Indonesia yang lebih hangat. Oleh sebab itu, mereka lebih suka pakai model yang
loose untuk berpakaian," ujarnya.
Kata Eisha, suhu di Australia pada musim panas bisa sampai 40 derajat Celcius. Jika memakai pakaian bertumpuk tentu akan menyusahkan penggunanya.
Dari segi warna, Eisha mengatakan orang Australia cenderung lebih suka warna-warna yang netral dan sederhana. Meski tak dapat dimungkiri juga menggunakan pakaian dengan warna cerah, tapi biasanya tidak lebih dari dua warna saja yang melekat di badan.
Senada dengan Eisha, Amalina Aman juga mengatakan hal yang sama. Orang-orang Australia sangat menyukai busana kasual.
"Orang Indonesia suka warna-warba cerah, bling-bling. Kalau orang Australia kita suka kasual saja. Sederhana dan kasual tapi tetap
fashionable," ujar Amalina, desainer busana muslim asal Australia, kepada CNN Indonesia.
Untuk mendapatkan kesan kasual dan sederhana namun tetap
fashionable, para desainer bermain pada detail. Mereka menambahkan detail-detail seperti
print, tuck, atau
folding.Pemilihan bahan pun dilakukan secara hati-hati. Temperatur yang saat musim panas membuat desainer harus pintar memilih bahan yang bisa membuat pengguna busananya tetap merasa sejuk. Biasanya mereka menggunakan bahan seperti sutra, linen, lycra, cotton jersey, dan juga bahan lainnya.
(mer)