Wanita ini adalah salah satu pemimpin perusahaan BUMN, PT Angkasa Pura Retail, yaitu Teges Prita Soraya.
Di depan para sosialita yang menghadiri perilisan buku
Fenomenologi Wanita Ber-high Heels di Plaza Senayan beberapa waktu lalu, Teges menceritakan pengalamannya.
"Ketika saya mengenakan high heels, secara otomatis badan saya menjadi tegap dan merasa lebih," kata Teges.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perasaan itulah yang membuatnya kecanduan mengenakan
high heels, bahkan sejak dirinya remaja. Kesukaannya tersebut semakin menjadi ketika berkarier dalam pekerjaan di tengah para laki-laki.
Sebagai wanita satu-satunya ketika menghadiri rapat pimpinan perusahaan, Teges membutuhkan 'nilai tambah' dibandingkan kolega-koleganya, dan ia mendapatkannya dalam bentuk
high heels setinggi sembilan sentimeter.
Baginya, pakaian boleh formal namun sepatu
high heels membuat pakaian 'kaku' yang ia kenakan menjadi lebih 'cantik'.
Namun, semua mulai pudar ketika ia memasuki usia 40-an.
"Dahulu tahan pakai
heels, sekarang ketika sudah lewat usia 40, hanya bertahan hingga acara perusahaan usai, selepasnya, langsung dicopot karena tidak tahan," kata Teges sembari tertawa.
Meski sakit, Teges masih 'melindungi' sepatu
high heels miliknya. Ia mencopot
high heels, memasukkannya ke dalam tas khusus lalu mengenakan sneaker.
Dirinya pun lebih mementingkan memayungi tas dan
high heels-nya ketimbang kepala saat hujan turun.
Wanita berambut lurus ini pernah harus ke dokter lantaran kakinya mengalami perubahan struktur tulang, kakinya mengikuti bentuk sepatu
high heels yang selalu ia pakai.
Bukan hanya di bagian kaki ia mengalami perubahan, namun juga bagian pinggul. Seiring dengan bertambahnya umur, encok kerap kali ia rasakan setelah mengenakan
high heels dalam durasi yang lama.
Namun kecanduan wanita ini akan high heels sedikit berkurang. Selain karena 'peringatan' yang datang dari sang kekasih dan anak-anak, rasa sakit yang datang kepadanya setiap kali mengenakan high heels juga menjadi faktor pendukung.
Meski berkeinginan mengurangi ketergantungan dirinya akan high heels, tapi ia belum tahu kapan benar-benar akan berhenti. Ia sendiri pun tak ingin menurunkan walau hanya setengah sentimeter dari tinggi
heels-nya.
"
High heel is something small that makes women happy," kata Teges. "Jadi jangan lupa bawa sneakers," lanjutnya sembari tertawa.