Berbeda dengan dua wanita sebelumnya, Khairiyyah Sari, seorang
style consultant, mengaku dirinya menyesuaikan
high heels dengan situasi yang ia hadapi.
"Kalau berada di lingkungan fesyen yang memang lebay (berlebihan), ya tidak masalah, namun ketika saya berada di lingkungan teman-teman saya yang
non-fashion, saya lebih memilih flat shoes," kata Sari.
Sari, sapaan akrabnya, mengaku ia adalah seorang pencinta sepatu-sepatu yang ceper. Ia lebih memilih mengenakan
kitten heels, yang memiliki tinggi kisaran tiga hingga lima sentimeter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain lebih menyukai
kitten heels, Sari juga merasa memiliki tinggi badan yang cukup tinggi, di kisaran 170 cm.
Sehingga ia merasa bila mengenakan heel di atas lima sentimeter akan membuatnya 'menjulang' di antara kerumunan.
"Tapi ketika saya memberikan workshop ataupun arahan, saya akan memilih
high heels, karena bagaimanapun ada kekuatan dari
heels itu, mampu membuat orang memberi atensi, walaupun kekuatan itu harusnya datang dari diri sendiri," kata Sari.
Penggunaan
kitten heels bagi Sari juga membantunya dalam beraktivitas. Struktur
kitten heels yang lebih pendek sanggup memberikan kemudahan penggunanya untuk berpindah dengan cepat tanpa harus kehilangan keseimbangan.
Kemampuan
high heels 'menjulangkan' para penggunanya juga diceritakan oleh Sari. Banyak teman-temannya yang memiliki tinggi badan lebih rendah dari dirinya membutuhkan 'kekuatan'
high heels supaya mendapatkan atensi orang lain.
Namun, Sari sebagai
style consultant memberikan catatan bagi anggapan
high heels terkait dengan gaya berpenampilan seseorang, semua soal kelihaian padu-padan.
"Banyak wanita yang bilang 'saya kalau tidak pakai
high heels tidak gaya', anggapan itu salah. Tidak ada hubungannya gaya dengan sandal, sneakers, atau apapun. Kalau memang tidak ada
total look-nya keren, ya tidak keren." kata Sari.
(mer)