Jakarta, CNN Indonesia -- Target Indonesia menjadi kiblat fesyen muslim dunia di tahun 2018 mendatang sepertinya bukanlah hal yang terlalu muluk. Usaha para pelaku fesyen yang terus berkarya dan dukungan dari pemerintah, jika dilakukan terus-menerus, bukan tidak mungkin ambisi jadi pusat fesyen tercapai.
Penyelenggaraan Indonesia International Islamic Fashion and Products (IIIFP) 2015 tampaknya menjadi salah satu bukti keseriusan pemerintah untuk mencapai targetnya. Ajang yang baru diadakan pertama kali ini tidak hanya melibatkan industri modest fashion tanah air, tapi juga mancanegara.
Ada dari Malaysia, Timur Tengah, Pakistan, Australia, dan negara-negara lainnya. Semua ikut andil dalam salah satu gelaran modest fashion di dunia ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika CNN Indonesia berkesempatan berbincang dengan beberapa desainer mancanegara yang terlibat dalam ajang tersebut, ternyata mereka melihat keseriusan Indonesia untuk menjadi kiblat fesyen muslim dunia. Bahkan mereka yakin, Indonesia bisa mencapai target tersebut.
"Tentu Indonesia dapat melakukannya. Setiap tahun modest fashion di Indonesia terus berkembang. Semua orang di dunia menyadari bahwa Indonesia merupakan salah satu inspirasi terbesar dalam modest fashion," kata Amalina Aman, desainer busana muslim dari Australia yang tampil pada gelaran IIIFP 2015.
Indonesia pun menjadi inspirasi terbesar Amalina dalam mendesain busana. Menurut pemilik merek fesyen Amalina Aman itu, tren fesyen muslim di Indonesia bergerak sangat cepat. Pergerakan itu bisa terlihat dalam waktu beberapa bulan saja.
"Waktu saya ke Indonesia pada 2012, bulan lainnya sudah lebih banyak trennya. Dari luar negeri semuanya tahu, Indonesia memang nomor satu untuk modest fashion," ujarnya.
Menurut Amalina, tren yang bergulir begitu cepat di Indonesia disebabkan oleh pasar yang luas sehingga mendorong produksi lebih cepat. Dukungan dari industri fesyen dan pemerintah pun memungkinkan adanya perkembangan yang cepat itu.
Mulai banyaknya desainer busana muslim yang merambah panggung fesyen dunia juga diyakini Amalina menjadi salah satu pintu gerbang menuju kiblat fesyen muslim dunia.
"Ada desainer Indonesia yang sampai bisa ikut New York Fashion Week, Tokyo Fashion Week. Itu membuka pintu untuk desainer lain mengikuti ajang yang sama. Sehingga bisa mencapai target jadi kiblat fesyen muslim dunia," kata Amalina.
Mengagumi tren fesyen muslim di Indonesia tentunya tidak afdal jika Amalina tidak menyebutkan siapa desainer favoritnya di Indonesia. Dua nama desainer ternama pun terlontar dari bibirnya.
"Jeny Tjahyawati dan Itang Yunasz," ujarnya tanpa berpikir panjang.
Amalina sangat mengagumi rancangan Jeny Tjahyawati. Ia juga pernah bekerja sama dengan Jeny sewaktu fashion show di Malaysia.
"Jeny itu membuat motifnya selalu lain. Dia bikin banyak kasual, basic, dia juga membuat evening wear."
"Kalau Itang Yunasz. Koleksinya luar biasa. Dia selalu membuat koleksi yang berbeda. Kalau Lebaran lain, Hari Raya Haji lain. Dia membuat ready to wear juga evening wear," kata dia.
Optimisme Indonesia bisa menjadi pusat fesyen muslim dunia juga disampaikan oleh Eisha Saleh, pemilik merek fesyen Baraka Women di Australia. Sama seperti Amalina, ia yakin Indonesia bisa mewujudkan mimpinya.
"Ya, tentu saja Indonesia bisa karena orang Indonesia pintar dan mempunyai banyak orang bertalenta. Orang Indonesia juga memiliki pikiran yang terbuka sehingga cepat mengikuti perkembangan global," kata Eisha.
Apalagi dengan adanya ajang IIIFP 2015, Eisha yakin Indonesia sudah siap menjadi pusat fesyen muslim di dunia.
Di sisi lain, Eisha juga punya desainer favoritnya sendiri di Indonesia. Ia sangat menyukai karya Dian Pelangi. Menurut dia, rancangan Dian Pelangi begitu cantik.
"Saya suka pemilihan warna pastelnya. Saya pikir itu sangat cantik. Dia juga masih muda dan inovatif. Dia mendesain sesuatu yang modern namun tetap sopan," ujar Eisha.
Ia pun tidak akan menolak ajakan jika nantinya Dian Pelangi atau desainer Indonesia lainnya mengajak Eisha untuk berkolaborasi. Ia dengan senang hati menerima untuk kemudian berkreasi bersama.
(mer)