Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak 2010, Puteri Indonesia Lingkungan 2015, Chintya Fabyola, sudah memakai
high heels. Saat itu ia baru berusia 15 tahun. Ia mengaku mulai belajar memakai
high heels karena terjun ke dunia modeling.
Tya, begitu ia akrab disapa, merasa kesulitan memakai
high heels. Apalagi ia dituntut untuk piawai menggunakan sepatu hak tinggi itu untuk berjalan di
catwalk.Butuh waktu sampai tiga bulan, katanya, untuk bisa profesional memakai
high heels. Tapi hanya butuh waktu sekitar satu sampai dua minggu untuk bisa berjalan menggunakan
high heels.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertama kali belajar memakai
high heels, Tya menggunakan sepatu dengan tinggi 7-9 sentimeter. Merasa sudah menguasai, Tya pun 'naik level' menggunakan
high heels setinggi 12 sentimeter.
Selang satu sampai dua tahun bergelut di dunia modeling, Tya kembali 'naik level'. Ia memberanikan diri untuk memakai
high heels dengan tinggi 15-17 sentimeter dan tidak merasa kesulitan.
"Kalau sudah terbiasa pakai yang tinggi pakai yang rendah tidak enak. Jadi pakai heels ada
feel-nya sendiri. Kalau sudah
matching-in sama baju akan lebih berasa memakai
heels daripada
flatshoes atau sneakers," kata Tya saat ditemui di kawasan Casablanca, beberapa waktu lalu.
Kini, setelah piawai menggunakan
high heels, Tya mengaku bisa menggunakan sepatu
boots setinggi 20 sentimeter. Sepatu ini nantinya akan ia kenakan di ajang Miss Internasional 2016 yang akan diadakan di Jepang Oktober mendatang.
Pengalaman burukPerjalanan Tya belajar menggunakan
high heels bisa dibilang cukup jatuh bangun. Sampai saat ini ia sudah tiga kali terjatuh menggunakan
high heels.Yang paling diingatnya adalah insiden terjatuh di panggung catwalk, Top Model Indonesia di Kalimantan Barat, akibat rasa gugup. Tya tidak konsentrasi dengan
high heels-nya karena terlalu gugup. Akhirnya ia pun terjatuh.
"Dari situ aku belajar kalau pakai
high heels harus pilih yang ada ikatan di mata kaki. Biar aman. Kalau jalan tidak copot. Sehabis itu aku baru berani pakai yang lebih tinggi," ujar perempuan berumur 20 tahun itu.
Itu bukan satu-satunya kejadian pahit Chintya dengan high heels. Ia juga pernah terpeleset dan cedera ketika latihan catwalk menggunakan
high heels. Maklum saja, tempat latihannya sendiri berada di atas permukaan porselen yang licin. Supaya terbiasa berjalan di area berbahaya, katanya.
"Tiga kali aku jatuh. Tidak kapok karena
beauty is pain. No pain, no gain. Kata senior aku, 'kamu pasti akan jatuh, setelah itu baru bisa'. Dan ternyata benar. Aku udah pernah ngerasain sakit jadi lebih berani," kata warga Pontianak itu.
Tips memilih high heels ala ChintyaPernah mengalami sakitnya menggunakan
high heels membuat Tya belajar banyak hal. Termasuk memilih
high heels itu sendiri.
Selain menggunakan
high heels dengan ikatan di mata kaki, Tya juga memilih high heels bermodel
pump heels. Baginya,
pump heels dengan ikatan di mata kaki adalah yang paling aman.
"Kuncinya
heels di depannya,
pump-nya. Kalau belakangnya tinggi, depannya datar kakinya sakit. Kalau
pump-nya tinggi dan permukaannya datar tidak akan bahaya," kata dia.
"Cari
heels yang ada tali di mata kaki. Biar aman. Kalau misalnya jalan tidak akan lepas atau sepatunya berasa berat," ujar Tya.
Buat Tya, merek tidaklah penting. Sesuai kebutuhan dan nyaman adalah syarat membeli
high heels ala Tya. Terkadang ia merasa
high heels yang mahal dan bermerek sekalipun belum tentu nyaman digunakan.
"Kayak Loubotin, memang bagus orang pasti tidak akan ragu. Aku pribadi tidak nyaman karena memang dia (sepatunya) buat acara
party bukan
runway. Kalau
brand-nya tidak terlalu up, ada ikatan kakinya, tingginya sesuai, nyaman, warnanya cocok, tidak masalah buat aku," kata Puteri Indonesia Runner Up I itu.
Karakteristik sepatu nyaman sudah ia temukan. Namun, tidak serta merta membuat kaki Tya tidak butuh perawatan ketika memakai
high heels. Ia sadar betul penggunaan
high heels bisa mengubah struktur tulang.
Untuk itu, ia rutin menjalani perawatan dan berolahraga demi menjaga bentuk kalinya. "Buat pembentukkan struktur tulang aku pilates secara fisiknya. Tapi kalau perawatannya biasanya pijit atau pakai
footspray," ujar Tya.
(mer)