Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam sebuah bagian buku karya Ika Noorharini,
Fenomenologi Wanita Ber-High Heels, terdapat satu bab berjudul 'Jimmy Choo vs Louboutin' yang menggambarkan populernya dua label sepatu
high heels tersebut di kalangan para pencinta sepatu hak tinggi.
Jimmy Choo dan Christian Louboutin adalah segelintir nama perancang sepatu hak tinggi yang populer di mata para wanita Indonesia. Masih ada nama lagi seperti Manolo Blahnik yang menjadi ikon serial
Sex and the City.Dengan nama yang mendunia dan terkenal, harga sepatu para desainer itu tentu saja tidak dapat disandingkan dengan sepatu hak tinggi yang berjejer di emperan Blok M, meski tertulis nama yang sama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Faktanya, Jimmy Choo, Manolo Blahnik, dan Christian Louboutin adalah tiga nama yang sangat populer, terutama di kalangan sosialita," kata Khairiyyah Sari, konsultan mode ketika ditemui CNN Indonesia di Plaza Senayan, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
"Kami para pengamat mode sebenarnya bertanya-tanya mengapa orang-orang membeli kebanyakan hanya tiga label itu saja?" kata Sari, sapaan akrabnya.
Sari menceritakan pengalamannya memiliki teman yang hanya mengoleksi sepatu karya salah satu desainer tersebut.
Mulai dari yang seharga rupiah, hingga harus dibeli dengan dolar. Mulai dari yang tampak normal, hingga modelnya yang tak biasa.
Atas nama prestiseKenyataannya, ketiga nama label tersebut memang menjadi 'primadona' di antara label sepatu. Beberapa pencinta
high heels mengatakan kualitas sepatu berlabel 'mahal' jauh lebih baik dibandingkan yang lain.
Sedangkan sebagian pemakai
high heels yang lain mengatakan memilih label besar atas karena desain yang ditorehkan pada sepatu-sepatu itu.
"Pertama, kemungkinan ada faktor prestise. Dengan membeli merek itu, seorang wanita dapat menunjukkan strata finansialnya. Padahal, itu tidak ada sama sekali hubungannya apakah dapat membuat bagus gaya busana seseorang, belum tentu," kata Sari.
Merek lokal yang tak setenar mereka diakui Sari banyak memiliki koleksi
high heels yang bagus. Namun Sari tak menampik, kepercayaan diri seorang akan dapat bertambah bila mengenakan
high heels.Faktor lain yang mendorong prestise disebut Sari adalah karena kondisi lingkungan dari para pemakai
high heels, dalam hal ini adalah sosialita.
Banyak para wanita yang akhirnya 'terpengaruh' untuk ikut membeli dan mengoleksi merek tertentu karena tak ingin lepas dari lingkaran sosialnya.
Dengan mengenakan sebuah label tertentu, seorang wanita akan dengan mudah masuk karena dengan jelas menggambarkan 'kesamaan identitas' terhadap lingkungan sosialnya.
Pekerja dan non-pekerjaNamun, kondisi atas nama prestise itu berbeda bila dibandingkan antara lingkungan wanita yang bekerja dengan para wanita yang hanya berkumpul sosial tanpa bekerja.
Para wanita yang memilih karier sebagai bagian dari hidupnya, cenderung untuk mengenakan high heels yang dapat membantu menciptakan suasana nyaman ketika bekerja, ketimbang untuk menunjukkan strata sosial atau finansial.
"Kalau wanita karier, biasanya hak sepatu lebih pendek, jadi tidak seperti para sosialta yang tidak begitu padat aktivitasnya," kata Sari.
Bukan hanya dari faktor sosial, Sari pun menduga faktor media seperti televisi dan juga media sosial ikut berperan dalam kepopuleran merek sepatu hak tinggi mahal itu.
Sari mengisahkan salah seorang temannya yang bertanya apakah di New York, Amerika Serikat, rata-rata para wanitanya mengenakan sepatu hak tinggi seperti Carrie Bradshaw dan kawanannya di
Sex and the City."Tidak bisa mengenakan
high heels di Manhattan, nanti tidak bisa jalan!" kata Sari lalu tertawa. "Kalau ada wanita yang mengenakan high heels di Manhattan, ketahuan ia adalah turis karena tidak dapat berbaur dengan lingkungan New York," katanya melanjutkan.
Kenali ciri sepatu yang bagusPepatah Perancis pernah berkata, "Kenakanlah sepatu yang bagus karena sepatu itu akan mengantarkanmu ke tempat yang bagus.” Sari kurang lebih sependapat dengan pepatah itu.
Namun, memilih sepatu yang bagus termasuk susah-susah-gampang. Sari pun menyadari bahwa untuk sepatu yang bagus memerlukan pengorbanan berupa uang yang lebih.
"Sepatu yang bagus itu tidak hanya desain yang bagus, tetapi juga kualitas, keduanya," kata Sari tegas.
Kualitas sepatu yang baik akan memberikan kenyamanan bagi pemakainya, apalagi bila yang dikenakan adalah
high heels.Sari, atau mungkin banyak wanita lainnya, pernah mengalami lecet-lecet di kaki lantaran kualitas
high heels yang dikenakannya kurang bagus. Selain itu, kualitas yang buruk mempersingkat usia pemakaian high heels.
Sedangkan dengan sepatu, yang dengan label tertentu dan jaminan kualitas asli, dapat bertahan bahkan hingga sepuluh tahun.
"Hampir semua perempuan berpikir bagus itu identik dengan tas mahal atau sepatu mahal, padahal esensinya adalah bagaimana kepribadian pengguna dalam mengenakan sepatu itu," kata Sari.
Menurut Sari, percuma mengenakan sepatu mahal tetapi tidak rapi atau tidak merawat sepatu tersebut. Juga terdapat beberapa kasus, sepatu yang ia kenakan terasa 'janggal', namun tidak ketika dikenakan orang lain.
"
Know your personality first to get your shoes, kenali karakter diri sendiri sebelum memilih sepatu,” ujarnya.
(mer)