Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mencatat temuan bahan kimia pada jajanan memiliki tren yang menurun. Dari tahun 2011 hingga 2014 lalu, penurunan cemaran bahan kimia pada jajanan berkurang cukup signifikan.
Direktur Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Mustofa mengatakan pada tahun 2011 lalu angka cemaran kimia pada jajanan ditemukan sebanyak 20 persen. Jumlah tersebut diambil dari ribuan sampel di seluruh Indonesia.
"Cemaran kimia trennya dari tahun ke tahun menurun. Awalnya cemaran kimia tahun 2011 sebanyak 20 persenan. Terus kami melakukan pengawasan, pembinaan, posisi terakhir tinggal 5,9 persen tahun 2014," kata Mustofa saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (17/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang dimaksud jajanan dengan cemaran kimia adalah jajanan yang terkontaminasi bahan kimia. Bahan itu bisa berupa pestisida, logam berat, racun alami, cemaran dari wadah makanan yang membentuk senyawa kimia tertentu, maupun penggunaan bahan tambahan pangan yang melebihi batas.
"Penggunaan bahan tambahan pangan tidak dilarang. Tapi tidak boleh melebihi batas misalnya penggunaan pengawet makanan dan pemanis buatan tidak boleh," ujar Mustofa.
Seperti cemaran kimia, penyalahgunaan bahan berbahaya seperti formalin, boraks, Rhodamin B, maupun Methanol Yellow juga menurun. BPOM menemukan ada 4,8 persen makanan dari ribuan sampling di Indonesia yang mengandung bahan berbahaya.
Tahun 2012, jumlah itu menurun menjadi 3,31 persen. Setahun berikutnya, yaitu pada tahun 2013, ada 2,93 persen jajanan yang ditemukan mengandung bahan berbahaya. Tahun 2014 jumlahnya kembali menurun di angka 2,32 persen.
"Untuk mencegah pengalahgunaan bahan kami adakan program pasar aman dari bahan berbahaya karena selama ini yang ditemukan ternyata bilangnya sumbernya dari pasar," kata dia.
Meskipun cemaran kimia pada jajanan dan penyalahgunaan bahan berbahaya sama-sama turun, tapi BPOM mengatakan jajanan masih belum aman. Pasalnya cemaran mikrobiologi sejak dulu hingga sekarang tidak pernah berubah.
Tidak seperti cemaran bahan kimia atau penyalahgunaan bahan berbahaya yang bisa ditekan, cemaran mokrobiologis justru tidak bisa ditekan.
"Cemaran mikrobiologi posisinya datar saja. Sama setiap tahun. Persoalan di lapangan mungkin sumber airnya tidak bersih, lingkungannya juga dekat sampah dan apakah tempat sampahnya ditutup? Kalau bahan kimia sih bisa ditekan," ujarnya.
(mer/mer)