Jakarta, CNN Indonesia -- Hanya dua pekan setelah Amanda Bernier mendapat kabar gembira kehamilannya, dia harus menerima kenyataan pahit.
Perempuan yang bertugas sebagai pemadam kebakaran di Connecticut itu didiagnosis mengidap penyakit
amyotrophic lateral sclerosis (ALS) penyakit yang menyerang susunan saraf hingga pengidapnya mengalami kelumpuhan total sekujur tubuh.
Penyakit yang sama dengan yang diidap fisikawan Stephen Hawking dan penyakit yang sama yang menjadi inspirasi kegiataan ice bucket challenge tahun lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bernier diprediksi tak akan punya waktu banyak, bahkan juga tak cukup sehat untuk sampai ke usia kehamilan penuh dan melahirkan. Namun keajaiban masih terjadi di dunia ini. Mengutip Today, Bernier berhasil melahirkan putrinya, Arabella Grace, 10 bulan lalu.
Lalu meski kesehatan Bernier (31) tahun terus menurun — hingga dia kehilangan semua kemampuan untuk bergerak dan bahkan bernafas harus dibantu dengan ventilator — dia melanjutkan usahanya yang inspiratif untuk melawan ALS
Ibu muda itu tetap menyusui bayinya. Dia lalu menggunakan Facebook untuk menggalang bantuan dari komunitas Amanda’s Angel. Beberapa waktu lalu dia menceritakan bagaiman sulitnya dia tetap berusaha untuk memberikan ASI pada bayi Arabella yang diberinya panggilan sayang ‘Peanut’ alias kacang.
“Sepanjang hidup saya pernah menjadi pelari, bekerja di laboratorium lalu pemadam kebakaran dan kini tak bisa menggerakkan apapun kecuali kepala saya yang dipasangi ventilator selama lima bulan ini,”kata Bernier seperti dikutip Today.
“Saya harus tinggal di ICU selama empat bulan sampai putri kami yang cantik dan sehat lahir setelah kehamilan selama 39 minggu. Dia dilahirkan dengan operasi caesar. Ahli sarafku mengatakan tak tahu bagaimana tubuhku bisa menghadapi operasi besar itu. Atau apakah saya akan hidup cukup lama untuk melihat dia.”
Bernier bercerita saat pertama kali Peanut dipertemukan dengannya dan diletakkan di dadanya bayi itu seperti sudah tahu apa yang harus dilakukan. Para perawat yang sudah jadi sahabatnya mengajarkan betapa pentingnya memberi ASI. “Mereka yang bersemangat membantu saya untuk memberikan ASI pada Peanut.’
Bernier menjelaskan sejumlah tantangan yang dihadapinya untuk menyusui Peanut. Karena ketidakmampuannya untuk bergerak, harus ada perawat atau anggota keluarga yang memegangi bayinya saat dia menyusui. Dan karena kini dia mulai memberikan ASI dengan cara dipompa, dia tetap membutuhkan orang lain untuk membantunya.
“Karena hanya memompa sekarang putingku jadi akan kapalan,” Bernier bercerita lewat Facebooknya.
“Saya mencoba untuk tidak mengonsumsi obat pereda nyeriku agar yang saya pompa tak harus terbuang. Saya tak bisa mengurus bayi saya, tapi saya bisa memberinya ASI terbaik. Saya akan melanjutkannya sampai tubuh saya tak memproduksi ASI lagi.”
Kisah Bernier memberikan ASI jadi viral sejak muncul 7 September lalu. Namun dia mengatakan tak terkejut karena “semua ini adalah tentang cinta yang paling murni.”
“Para ibu mengatakan mereka akan memberikan apapun untuk anak mereka dan saya punya kesempatan untuk melakukannya juga. Saya telah melakukan segalanya dan memberikannya yang terbaik untuk memulai hidup,” kata Bernier.
“Saya pikir karena saya melihat yang terbaik dari segalanya, itu mengingatkan orang bahwa ada banyak hal lain yang patut disyukuri juga.”
Amanda’s Angel adalah kelompok pendukung berisi teman-teman yang membantu Amanda dan suaminya Chris Bernier untuk bertahan hidup.
Mereka telah berhasil mengumpulkan $400 ribu atau sekitar Rp5,8 miliar untuk membuatkan tempat tinggal yang bisa menampung alat medis yang dibutuhkan Bernier bersama bayinya.
“Rata-rata pengeluaran untuk pasien ALS adalah $300 ribu (Rp4,3 miliar),” kata Bernier. “Sebagai pasangan muda, tak mungkin kami bisa membayar rumah dan tagihan medis.”
Chris Bernier mengatakan dia sangat takjub pada penerimaannya akan diagnosisnya.
“Dia telah menolong dan memberi inspirasi pada banyak orang dibanding yang saya ketahui,” kata Chris. “Sepanjang perjalanan, kami memutuskan untuk fokus pada sesuatu yang positif setiap hari, karena fokus pada hal yang negatif tidak mengubah situasi.”
Bernier mengatakan dia ingin fokus pada apa yang akan dia tinggalkan. Kenangan untuk anaknya nikmati saat dia sudah tak bersama anaknya lagi.
“Sesulit mengetahui bahwa mungkin saya akan meninggal cepat dan itu tidak saya sukai, karena anak saya mungkin tak akan ingat saya, saya kini telah menerima diagnosis itu,” katanya.
“Tak ada alasan untuk saya bersedih setiap hari … Saya menikmati tiap harinya, sebagai sebuah hadiah karena masih bisa hidup. Saya sudah mencoba banyak hal, yang saya pikir bisa membantu Peanut untuk mengenalku.”
Bernier telah membuat album dan jurnal untuk anaknya, sekaligus kartu selamat ulang tahun dan berbagai ucapan selamat pada hari-hari penting seperti kelulusan dan pernikahan. Dia juga telah menyiapkan 21 kado Natal untuk putrinya itu.
Meski dia tak tahu berapa banyak lagi waktu yang dimilikinya, Bernier mengatakan dia sangat berterima kasih karena mendapatkan dukungan untuk memberikan Peanut ASI yang dibutuhkannya.
Dia juga bahagia bahwa posting Facebooknya bisa mendorong banyak ibu muda untuk bersemangat memberikan ASI.
“Segalanya mungkin jika Anda benar-benar melakukannya,” kata Bernier.
“Ketika segalanya jadi berat, ingat saja bahwa Anda punya ikatan spesial yang cuma Anda dan bayi Anda miliki. Ingat pandangan penuh cinta yang Anda bagi bersama bayi Anda saat menyusui. Ingat bahwa Anda sedang membantu daya tahan tubuhnya dan menyiapkan pondasi kesehatan tubuhnya. Dan jika Anda tak bisa mencapai tujuan itu, berpikirlah segala hal positif yang bisa Anda lakukan saat Anda menyusuinya.”
(utw/utw)