Jakarta, CNN Indonesia -- Sering kali kita mendengar saran, bahwa untuk tulang yang kuat sebaiknya kita menggunakan suplemen kalsium dan rajin minum susu. Namun penelitian terbaru menyanggah hal tersebut.
Orang yang mengonsumsi banyak kalsium dalam diet, yang sebagian besar dari produk susu, memang punya kepadatan tulang yang lebih besar. Namun itu tak berarti mereka lebih sedikit mengalami patah atau retak tulang, demikian menurut hasil penelitian terbaru.
Penelitian tersebut menyebutkan orang yang berusia diatas 50 tahun tidak akan mendapatkan tulang yang lebih kuat hanya dengan makan suplemen atau makan makanan sumber kalsium yang kaya seperti produk susu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian yang kutip Today dan dipublikasikan di British Medical Journal online itu mendukung apa yang telah disampaikan oleh dinas kesehatan Amerika Serikat beberapa tahun sebelumnya.
Bahwa mengonsumsi suplemen kalsium saja untuk tulang adalah sia-sia bahwa ada kemungkinan berbahaya. Ekstra kalsium yang masuk ke dalam tubuh tidak membuat tulang lebih kuat, tapi malah bisa mengendap di arteri, menyebabkan penyakit jantung. Atau di ginjal mengakibatkan batu ginjal.
Dr. Ian Reid dari University of Auckland di New Zealand dan sejumlah koleganya melakukan semacam meta analisis dengan mengumpulkan sejumlah studi berkualitas tinggi dari seluruh dunia dan menelaahnya lagi.
Sebagian besar dari penelitian itu menunjukkan bahwa orang yang berusia diatas 50 tahun tidak mendapatkan manfaat sama sekali dari mengonsumsi kalsium atau makan makanan yang kaya akan kalsium. Mereka tetap saja mengalami keretakan tulang.
Hanya sedikit studi yang menyebut orang yang mengonsumsi kalsium akan menurunkan risiko mereka mengalami retak atau patah tulang, namun hal itu juga tidak terlalu jelas. “Asupan kalsium harian tidak berhubungan dengan risiko keretakan tulang,” kata Reid.
Studi yang paling baik, yang dilakukan secara acak juga menunjukkan hal yang tak jauh berbeda. “Asupan kalsium harian tidak berhubungan dengan risiko keretakan tulang dan tak ada percobaan klinis yang membuktikan peningkatan asupan kalsium dari makanan harian akan mencegah retak tulang.”
“Sementara bukti bahwa suplemen kalsium bisa mencegah retak tulang juga lemah dan tidak konsisten.”
Pada tahun 2012, lembaga pencegahan masalah kesehatan Amerika mengeluarkan rekomendasi yang menyebut tak ada cukup bukti untuk merekomendasi konsumsi kalsium dan suplemen vitamin D, bahkan lembaga itu melarang hal itu pada beberapa kasus.
Hasil studi Ian Reid tampaknya bertentangan dengan National Osteoporosis Foundation di Amerika yang mengestimasi 54 juta orang mengalami risiko penipisan tulang. Sekitar separuh dari populasi wanita berusia diatas 50 tahun mengalami patah tulang karena osteoporosis.
Karenanya lembaga itu merekomendasi perempuan berusia lebih dari 50 tahun untuk mengonsumsi 1.200 miligram kalsium per hari. Sementara yang berusia kurang dari 50 tahun disarankan cukup mengonsumsi 1.000 miligram per hari. Pria disarankan mengonsumsi 1.000 miligram perhari dengan pria diatas 70 tahun disarankan sebanyak 1.200 miligram per hari.
Produk susu adalah bahan makanan yang kaya akan sumber kalsium selain sayuran hijau, susu yang difortifikasi seperti susu kedelai, beberapa jenis jus buah dan sereal sarapan.
Vitamin D membantu tubuh untuk menyerap kalsium. Sinar matahari membantu tubuh untuk memproduksi sendiri vitamin D. Dalam makanan vitamin D bisa didapatkan dari beberapa jenis makanan seperti jus jeruk, produk susu dan beberapa jenis ikan.
Para ahli medis menduga orang Barat memang sulit mendapatkan kalsium, sehingga suplemen dianjurkan. Tapi ternyata hasil penelitian tidak menyokong dugaan ini.
“Melihat bukti-bukti penelitian akan pengobatan terhadap orang tua, inilah saatnya untuk mempertimbangkan ulang rekomendasi yang kontroversial itu,” kata Dr. Karl Michaelsson dari
Uppsala University di Sweden, yang pernah meneliti soal osteoporosis.
Michaelsson pernah menemukan bahwa orang yang minum banyak susu mengalami lebih banyak retak tulang dan meninggal lebih cepat dibanding orang yang kurang minum susu. Dan sejumlah studi lain juga menunjukkan bahwa mendapatkan tambahan kalsium dari suplemen juga bisa berbahaya.
“Percobaan klinis terhadap suplemen kalsium dengan dosis 1.000 miligram per hari, bagaimanapun, menghasilkan efek sebaliknya, termasuk risiko kardiovaskular, batu ginjal, dan keluhan masalah pencernaan,” kata tim Reid.
Konsekuensinya, para orang tua harus didorong untuk memperbaiki kesehatan tulang cukup melalui makanan sehat yang mengandung kalsium dan bukan dengan tambahan suplemen. Disarankan kadar yang bisa diberikan tetap sekitar 1,200 miligram per hari saja.
Telaah kedua yang dibuat tim Reid menyebutkan bahwa orang yang makan banyak kalsium dalam dietnya — terutama produk susu — cenderung punya tulang yang lebih kuat berdasarkan perhitungan kepadatan tulang. Namun ini juga tidak berarti mereka mengalami lebih sedikit retak atau patah tulang.
Bahkan ada penelitian yang juga mempertanyakan manfaat berbagai suplemen yang banyak dikonsumsi orang Amerika. Beberapa peneliti menghubungkan konsumsi suplemen ini sebagai bahan bakar pertumbuhan kanker.
(utw/utw)