Hati-Hati, Darah Beku Bisa Sebabkan Kematian

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Selasa, 20 Okt 2015 15:35 WIB
Di Indonesia, trombosis atau darah beku menjadi penyebab penyakit dan kematian yang cukup tinggi.
Darah beku menjadi penyebab utama penyakit stroke dan serangan jantung.
Jakarta, CNN Indonesia -- Trombosis atau bekuan darah dalam pembuluh darah menjadi salah satu penyebab penyakit dan kematian  tertinggi dunia. Di Amerika, jumlah penderita trombosis tahun 2007 ada lebih dari tujuh juta orang, di Eropa lebih dari sembilan juta orang, dan di Jepang ada lebih dari empat juta orang.  

Sementara di Indonesia trombosis juga menjadi penyebab kematian dan penyakit yang cukup besar. Pada tahun 1997 jumlahnya mencapai 15 persen dan sepuluh tahun berikutnya meningkat menjadi 19 persen.  

Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik Karmel Lidow Tambunan mengatakan sebesar 80-85 persen stroke merupakan stroke iskemia yang disebabkan trombosis dan 70 persen penyakit jantung juga karena trombosis.  

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bila kita jumlahkan, kematian stroke 80 persen karena trombosis dan kematian jantung 70 persen karena penyebab yang sama. Dapat disimpulkqn bahwa trombosis merupakan penyebab kematian utama di Indonesia," kata Karmel dalam sebuah diskusi memperingati World Trombosis Day di kawasan Cikini, Jakarta, Selasa (20/10).  

Dikatakan menjadi penyebab kematian atau penyakit lainnya karena trombosis bisa menyebabkan penyakit kardiovaskular seperti jantung dan stroke, yang terbentuk dari penyumbatan aliran darah akibat darah beku yang menggumpal.  Karmel juga menjelaskan trombosis terjadi akibat gangguan keseimbangan antara faktor koagulan, antikoagulan, dan fibrinolisis. Ketiga faktor ini sangat berperan dalam pembekuan darah.  

"Trombosis menjadi masalah karena hanya 10-30 persen yang bergejala. Artinya, sebanyak 70-90 persen dari trombosis tidak ada gejalanya," ujarnya.  

Penyakit yang juga disebut sebagai trombo emboli vena ini atau lazim disebut venous trombo embolism (VTE) ini mencakup trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis (DVT) dan emboli paru atau pulmonary embolism (PE). Meski sama-sama tergolong trombosis tapi keduanya jauh berbeda.  

Ketua Perhimpunan Trombosis Hemostasis itu juga menjelaskan DVT umumnya terjadi pada kaki. Sedangkan PE terjadi ketika darah beku masuk ke aliran darah jantung dan paru. 

Desire, salah satu pasien pengidap DVT, mengaku tidak menyadari kalau ia terkena trombosis.  "Saya tidak sadar kalau sakit. Ipar saya yang menyadari perubahan pada kaki saya, warnanya jadi hitam. Saya pikir dari usia," ujar wanita paruh baya itu.  

Sama dengan Desire, Badawi juga mengaku tidak menyadari kalau dirinya mengidap ‘penyakit bisu’ ini. Yang ia tahu, kakinya sudah sakit sejak puluhan tahun lalu.  "Saya dari usia 30 tahun menderita kaki tidak enak, tapi tidak tahu sakit apa. Dokter bilang rematik," kata Badawi.  

Faktor Risiko VTE 

Kendati sulit diketahui gejala pembekuan darahnya, ada beberapa orang yang patut waspada terkena VTE.  Karmel menyebutkan setidaknya ada sembilan faktor risiko yang bisa mencetuskan penyakit ini. Mulai dari usia sampai gaya hidup sehari-hari.  

"Orang yang umurnya lebih dari 45 tahun, aktivitasnya kurang, misalnya terlalu lama berbaring lebih dari tiga hari karena sakit, duduk dalam perjalanan lebih dari empat jam," ujar Karmel.  

Bahkan dia juga mengatakan, tidak menggerakan kaki lebih dari 90 menit saja juga sudah bisa menyebabkan trombosis.  

Selain itu, trombosis bisa terjadi usai operasi besar atau luka yang besar, berat badan berlebihan (obesitas), kondisi medis, seperti kanker, kehamilan, riwayat keluarga dan risiko lain seperti trombofilia juga bisa memicu terjadinya trombosis.    (les/les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER