Jakarta, CNN Indonesia -- Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Peribahasa ini tampaknya masih seringkali jadi sekadar ucapan bibir saja. Setidaknya hal ini kerap terjadi pada 'aturan' bahasa Indonesia. Seharusnya masyarakat Indonesia jauh lebih pandai bicara bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam hidup sehari-hari di Indonesia, dibandingkan dengan bicara bahasa Inggris dalam hidup sehari-hari antar masyarakat Indonesia.
Peningkatan gengsi dan juga keinginan untuk terlihat keren yang dikombinasikan dengan semakin populernya bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, kerap membuat remaja masa kini akhirnya cenderung lebih suka bicara bahasa Inggris. Beberapa orangtua pun kerap kali memilih bicara bahasa Inggris dengan anak-anaknya.
Munculnya bahasa asing yang dianggap lebih berkualitas membuat bahasa Indonesia tenggelam dihanyutkan zaman. Tak dimungkiri, bahasa Inggris juga sangat dibutuhkan, namun ini tak lantas berarti kalau bahasa Indonesia tak lagi keren dan dikurangi demi alasan biar jadi lebih gaul.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seharusnya, bahasa Inggris hanya digunakan sebagai pelengkap keahlian dan nilai tambah kemampuan diri. Dan tak seharusnya bahasa Indonesia tak seharusnya tergerus hilang di tanahnya sendiri.
"Bahasa Indonesia adalah bahasa yang kita gunakan sehari-hari, bahasa Indonesia pun menjadi salah satu dasar negara yang harusnya kita lestarikan," kata Cahya Nugraha, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila kepada CNN Indonesia.
Dia mengatakan, kalau berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam hidup sehari-hari di Indonesia adalah salah satu wujud nasionalisme. Hanya saja ini juga bukan alasan untuk menutup diri dari perkembangan dunia luar, termasuk tak mau belajar bahasa Inggris.
"Sekarang ini banyak sekali orang yang lahir dan tinggal di Indonesia tetapi menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari. Tapi Sebenarnya kedua bahasa, baik bahasa indonesia atau bahasa Inggris punya peran yang sama pentingnya," ujar Bagus Dwi, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila.
"Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari, sedangkan bahasa Inggris sendiri sebagai modal awal untuk perusahaan yang mensyaratkan mahir berbahasa Inggris. Tapi menurut saya, kenapa kita tidak menyeimbangkan kedua bahasa ini untuk modal kelangsungan hidup kita?"
Sependapat dengan Bagus, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila, Dhimas Pamungkas, juga setuju untuk menyeimbangkan kemampuan berbahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
"Menurut saya, mahir bahasa Inggris merupakan hal penting yang bisa dilakukan, karena masyarakat saat ini dituntut untuk mahir berbahasa Inggris dan menjadikan masyarakat yang siap bersaing dan bekerja sama dengan negara lain. Tanpa bahasa Inggris juga sepertinya tidak mungkin jadi negara yang maju karena tidak bisa menjalin kerja sama dengan negara lain (karena halangan berbahasa)," kata Dhimas Pamungkas, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila.
Mahasiswa lainnya, Raynal Dwi Putra juga setuju bahwa tak ada salahnya menguasai bahasa asing, karena pada hakekatnya masyarakat Indonesia akan bisa berbahasa Indonesia tanpa diharuskan intensif belajar bahasa Indonesia.
Sekalipun masyarakat Indonesia pasti bisa berbahasa Indonesia, namun belum tentu bahasa Indonesia yang digunakan sudah memenuhi aturan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Pada dasarnya, bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia punya tingkat kesulitan yang nyaris sama, yaitu dalam struktur kalimat atau grammar dalam bahasa Inggris. Sayang, hal ini seringkali tak diperhatikan oleh masyarakat Indonesia.
Meski kerap dipandang mudah, namun sebenarnya berbahasa Indonesia dan menulis bahasa Indonesia yang baik dan benar pun hampir sama sulitnya dengan bahasa Inggris.
Hal ini pulalah yang akhirnya membuat beberapa negara di dunia menjadikan bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran.
"Seharusnya kita bangga menggunakan bahasa Indonesia karena di beberapa universitas seperti di Mesir dan Ukraina, mereka menjadikan bahasa Indonesia sebagai mata kuliah wajib," kata Cahya.
"Saya sebagai mahasiswa yang menjunjung tinggi bahasa indonesia akan tetap menggunakan bahasa indonesia dalam keseharian saya. Saya juga tidak menutup diri terhadap bahasa lain. Tetap mengenal bahasa asing tetapi tetap memperdalam bahasa Indonesia sebagai bahasa yang saya gunakan sehari-hari. Itu hal kecil yang bisa dilakukan untuk mengungkapkan rasa nasionalisme."
(chs/chs)