Jakarta, CNN Indonesia -- Dunia terhenyak saat aktor kawakan Robin Willliams tewas karena bunuh diri. Namun, penyebab kematian Williams tidak seperti apa yang diketahui oleh publik. Menurut istri Williams, sang suami meninggal karena suatu penyakit otak langka, demensia
lewy body.
Penyakit ini menyebabkan Williams mengalami halusinasi dan gejala neurologis lain, termasuk depresi, kata Susan Schneider, istri pemeran
Mrs. Doubtfire tersebut kepada majalah People baru-baru ini, seperti dilaporkan oleh laman
Live Science.Hasil autopsi yang dirilis pada 2014 silam menegaskan, Williams mengidap demensia
lewy body. Namun, ini adalah pertama kalinya kondisi tersebut dibahas secara rinci. “Bukan depresi yang menewaskan Robin,” kata Schneider Williams dalam wawancara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Depresi hanya salah satu, sebut saja dari 50 gejala yang ada, dan itu gejala yang kecil.”
Kendati beberapa gangguan neurologis sudah cukup dikenal, hanya sedikit orang yang mengetahui demensia
lewy body. Penyakit ini dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan penyakit alzheimer.
Demensia
lewy body disebabkan oleh terjadinya penumpukan protein secara abnormal.
Awal 1900-an adalah pertama kali demensia
lewy body ditemukan. Ketika itu, seorang peneliti bernama Frederic Lewy yang tengah bekerja di laboratorium saraf Alois Alzheimer menemukan adanya penumpukan abnormal dalam jaringan otak pasien demensia.
Berdasarkan Asosiasi Demensia Lewy Body, saat ini, penyakit ini telah memengaruhi sekitar 1,4 juta orang Amerika. Dan sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Archives of Neurology (kini bernama JAMA Neurology) menemukan bahwa laki-laki memiliki kemungkinan dua kali lebih besar mengembangkan penyakit ini, dibandingkan perempuan.
Kondisi ini terjadi ketika lewy atau gumpalan protein
alpha synuclein berkembang di otak. Para ahli saraf belum menemukan jawaban mengapa itu terjadi. Namun, gumpalan protein tersebut juga ditemukan di otak orang-orang yang mengidap Parkinson dan Alzheimer.
Berdasarkan Institut Nasional Gangguan Neurologi dan Stroke, demensia
lewy body dapat menyebabkan halusinasi visual, gerakan kaku, dan masalah motorik, yang mirip dengan yang dialami oleh pengidap Parkinson, orang-orang dengan gangguan tidur, kecemasan, gangguan kemampuan memperhatikan, dan hilangnya memori.
Dalam kasus Williams, penyakit ini juga bisa memicu depresi. Tidak ada obat untuk demensia
lewy body, penyakit ini juga bersifat progresif, artinya kondisinya akan semakin parah seiring waktu. Sebagian besar perawatan hanya berfokus mengendalikan gejala, misalnya halusinasi atau gangguan tidur.
Menurut Insitut Nasional Neurologis dan Stroke, para penderita demensia
lewy body biasanya hidup hanya sekitar delapan tahun setelah diagnosis
(win/win)