Bahaya Risiko Cedera Sang Pejalan Tidur

Utami Widowati | CNN Indonesia
Kamis, 19 Nov 2015 01:08 WIB
Sleepwalker atau orang yang punya kebiasaan berjalan saat tidur, biasanya juga cenderung mudah terserang nyeri kronis dan sakit kepala di saat terjaganya.
Ilustrasi sleepwalker. (Dok Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Percaya atau tidak, orang yang suka berjalan dalam tidur atau sleepwalking biasanya juga mengalami masalah kesehatan pada kesehariannya. Termasuk di antaranya adalah masalah nyeri kronis, migrain dan sakit kepala demikian hasil penelitian yang dipublikasikan  bulan ini di jurnal Sleep.

Sleepwalking bisa jadi adalah penyakit 24 jam, tak sekadar kelainan yang muncul pada malam hari,” kata penulis hasil penelitian Dr. Regis Lopez, ahli masalah tidur dari  Gui-de-Chauliac Hospital di Montpellier, Perancis kepada Huffington Post.

Dari 100 pasien sleepwalking dalam penelitian itu, hampir separuhnya juga mengalami nyeri kronis dan sakit kepala. Dua puluh dua persen mengalami migrain. Para sleepwalker ini juga lebih mudah untuk merasa mengantuk di siang hari atau insomnia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anehnya, nyeri juga bukan masalah di awal episode masalah sleepwalking. Sebanyak 79 persen dari partisipan penelitian melaporkan bahwa mereka bahkan tak bisa merasakan nyeri jika cedera selama berjalan sambil tidur.

Ketika para ilmuwan itu belum cukup yakin tentang apa yang menyebabkan sleepwalking, Lopez mengatakan tampaknya memang ada hubungan antara tidur, sebagian otak yang masih berada dalam kondisi ‘terjaga’ dan  sebagian otak dalam kondisi tidur dalam. Lopez berpikir hal itulah yang berdampak pada persepsi akan rasa nyeri.

Hubungan ini jika diputuskan begitu saja akan berbahaya bagi individu yang tidak bisa mengingat aktivitas mereka di malam hari termasuk aksi yang kompleks, seperti berjalan, makan, mandi, dan bahkan sekadar minum.

Menurut National Sleep Foundation, sleepwalking terjadi pada satu dari 15 persen dari populasi namun lebih umum terjadi pada anak-anak, terutama mereka yang punya masalah sleep apnea atau yang pernah mengalami mengompol dalam tidur. Kelainan ini juga menurun dalam keluarga.

Disamping hubungan genetis, bagaimanapun, ada lingkungan yang harus diwaspadai oleh sleepwalker  — yang membuat mereka harus menemui ahli — yakni untuk meminimalkan risiko bahaya. Sleepwalker harus menghindari pemicu pengganggu tidur seperti minuman alkohol dan makanan pedas dan hindari pula saat-saat kekurangan tidur dengan memprioritaskan diri dengan tidur yang berkualitas setiap malam. (utw/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER