Jakarta, CNN Indonesia -- Manusia, baik laki-laki atau perempuan memiliki tingkat maksimal kesehatan, yakni usia 25 sampai 30 tahun. Mulai dari usia 30 tahun akan terjadi proses kemunduran kesehatan.
Dokter spesialis andrologi Nugroho Setiawan mengatakan, orang-orang di atas usia 30 tahun pasti perlahan mengalami kemunduran kesehatan. Namun, apakah kemunduran itu cepat atau pelan, tergantung gaya hidup.
Salah satu kondisi yang diakibatkan oleh mundurnya kesehatan sesorang adalah hipogonadisme atau sindrom kekurangan hormon testosteron. Hipogonadisme pada laki-laki merupakan sindrom klinis yang diakibatkan oleh kegagalan testis memproduksi kadar testosteron dengan baik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ternyata, hipogonadisme tidak hanya didominasi oleh orang-orang berusia senja. Pria di bawah usia 25 tahun pun dapat mengalami gangguan hipogonadisme, kata Nugrono dalam acara dialog media bertajuk SMILE (Seputar Masalah Intim Laki-Laki), di Jakarta, beberapa waktu lalu.
“Kalau mereka mempunyai gaya hidup yang buruk, atau menderita penyakit penyerta, atau tinggal di tempat dengan lingkungan yang kotor, baru umur 20 tahun juga bisa mengalami hipogonadisme, testosteron berkurang walaupun persentasenya tidak terlalu tinggi,” kata Nugroho.
Berdasarkan data yang ditunjukkan oleh Nugroho, jumlah pasien hipogonadisme yang berusia 80 tahun ke atas mencapai 94 persen. Sementara pasien laki-laki berusia 30-39 tahun jumlahnya kurang dari sepuluh persen.
“Sebetulnya kasus ini sangat banyak, tapi tidak disadari oleh masyarakat karena tidak ada keluhan,” ujar dia.
Tanda-tanda fisik hipogonadisme seringkali tidak terlihat. Namun, ada beberapa tanda yang cukup jelas antara lain, berkurangnya massa otot, hilangnya rambut-rambut badan, obesitas pada perut bagian tengah, payudara laki-laki membesar (ginekomastia), testis seringkali normal tapi adakalanya menjadi kecil.
“Penyakit hipogonadisme tidak selalu timbulkan keluhan, seperti halnya penyakit diabetes dan hipertensi. Itu namanya
silent symptom yang disebut juga sebagai
silent killer atau pembunuh diam-diam.”
Hipogonadisme juga memiliki efek pada gangguan metabolik, seperti kenaikan kadar lemak total dalam tubuh, penurunan kadar kolesterol HDL dan Kenaikan LDL.
“HDL adalah kolesterol yang baik yang ibaratnya adalah polisi kolesterol,
nah HDL akan mulai turun. Sementara, kolesterol pencuri LDL mulai naik,” kata Nugroho.
Konsekuensinya, pasti terjadi risiko gangguan pembuluh darah, misalnya stroke atau jantung koroner.
Efek lainnya adalah gangguan metabolisme gula. Orang hipogonadisme cenderung mengidap kencing manis tipe dua. Ada juga gangguan pada kepadatan tulang yakni osteopenia dan osteorporosis, juga penurunan dalam volume sel darah merah.
“Laki-laki hipogonadisme hb-nya (hemoglobin) mulai turun karena tingkat pembentukan sel-sel darah terganggu,” kata Nugroho.
(win/les)