Jakarta, CNN Indonesia --
Perkembangan zaman dan teknologi kian membuat aktivitas manusia lebih sederhana, mudah, dan praktis. Imbasnya, manusia cenderung malas bergerak. Namun, dibalik segala kemudahan tersebut, tersimpan bahaya yang mengintai dan bahkan bisa berujung kematian.
Dokter spesialis kedokteran olahraga Inggriani Husen mengatakan saat ini, gaya hidup yang memicu physical inactivity tersebut menjadi faktor risiko berbagai penyakit yang dekat dengan kematian. Penelitian mengatakan, gaya hidup sedentary tersebut kini menjadi pembunuh nomor empat di dunia.
"Kurang aktivitas fisik membuat kebugaran tubuh berkurang. Bisa membuat seseorang menjadi gemuk, menjadi hipertensi. Bisa terkena kencing manis. Itulah yang menyebabkan risiko dari physical inactivity," kata Inge, sapaan akrab Inggriani dalam konferensi pers 'Exercise is Medicine' di kawasan Senayan, Jakarta, Kamis (26/11).
Inge juga menambahkan, latihan fisik atau olahraga juga dapat mengobati penyakit. Tidak hanya mencegah penyakit untuk datang.
Misalnya saja pada penderita hipertensi. Latihan fisik telah terbukti bisa menurunkan tekanan darah lebih signifikan. Bahkan, jika belum terlalu parah, olahraga bisa membantu menyembuhkan penyakit.
"Bila organnya belum rusak, bisa diobati dnegan aktivitas fisik. Terutama penyakit yang memang penyakit kronis, seperti darah tinggi, kencing manis, jantung osteoporosis, dan kanker," ujar Inge.
Namun, penentuan olahraga apa yang harus diikuti untuk mengobati penyakit tentu harus dilakukan oleh ahlinya. Tidak boleh sembarangan karena menentukan olahraga harus berdasarkan penyakit yang diidap.
Misalnya, olahraga yang dilakukan oleh penderita osteoporosis dan osteoartritis tentu berbeda. Karena yang satu merupakan pengapuran tulang dan yang lainnya peradangan sendi.
"Berenang dan bersepeda tidak dianjurkan untuk osteoporosis karena tidak membebani. Yang dianjurkan yang bisa memberikan beban, sehingga tulangnya terangsang untuk bertumbuh. Kalau osteoartritis cocok berenang dan bersepeda," ujar Inge.
Meskipun jenis olahraga yang dilakukan berbeda, Inge memastikan olahraga pasti membawa efek yang lebih baik jika dibandingkan dengan tidak berolahraga.
"Misalnya orang obesitas atau gemuk, intensitas olahraganya lebih rendah daripada yang untuk orang dengan penyakit kardiovaskular, tapi durasinya lebih lama," kata Inge.
Untuk penyakit lainnya yang membutuhkan istirahat total, olahraga juga tetap diperlukan. Namun, tidak dilakukan saat sakit, melainkan setelah penyakit itu sembuh.
Membuat Komite Nasional
Sayangnya, saat ini dokter di Indonesia belum terbiasa memberikan resep olahraga untuk semua pasiennya. Sebab, kata Inge, mereka tidak memiliki kepercayaan diri untuk menganjurkan pengobatan dengan cara olahraga. Alasannya, saat di bangku kuliah dulu materi itu tak diberikan. Di sisi lain, sakit berasosiasi dengan obat.
Tapi, kini, dokter-dokter bisa mulai meresepkan olahraga disamping resep obat. Mereka bisa mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Exercise is Medicine (EIM) di Indonesia. Bahkan tak hanya dokter, petugas pelayanan kesehatan lainnya sampai instruktur kebugaran juga bisa mengikuti pelatihan yang dibuat EIM.
EIM merupakan sebuah program kesehatan yang diinisiasi oleh American College of Sport Medicine (ACSN). Saat ini negara yang sudah mengikuti EIM sebanyak 43 dan Indonesia termasuk di dalamnya.
EIM memberikan serangkaian pelatihan yang bertujuan untjk mendorong dokter dan petugas layanan kesehatan profesional untjk mengkaji program aktivitas fisik pasien pada setiap kunjungan. Selain itu, mereka diharapkan bisa memberikan resep latihan fisik atau rujukan kepada profesional kesehatan/kebugaran untuk membimbing program olahraga sebagai pengobatannya.
Hadir di Indonesia sejak tahun 2013, sejauh ini sudah ada 240 dokter umum dan 41 instruktur fitnes yang sudah tersertifikasi EIM.
Inge yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Komite Nasional EIM Indonesia berharap, ke depannya ada lebih banyak lagi dokter yang tersertifikasi sehingga masyarakat bisa mendapatkan praktik pengobatan ini dengan mudah. Ia juga berharap EIM bisa memiliki fasilitas yang baik untuk mendukung hal tersebut.
"Diharapkan kita punya website. Dengan adanya website, daftar dari dokter, instruktur fitnes profesional yang sudah tertatar bisa kami buatkan daftar dan alamatnya. Sehingga pasien yang membutuhkan bisa datang," kata Inge.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(les)