Berjalan Kaki, Cara Terbaik Wisata Sejarah

Silvia Galikano | CNN Indonesia
Sabtu, 05 Des 2015 09:19 WIB
Menggali kisah-kisah lama tentang sejarah dan budaya suatu tempat, paling enak sembari berjalan kaki. Dengan demikian, wisata punya nilai lebih bagi turis.
Suasana Kota Tua Jakarta. (CNNIndonesia/Natanael Wahluya)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wisata sejarah adalah gabungan dari wisata budaya, wisata kuliner, dan olahraga berjalan kaki. Karena berkeliling dengan berjalan kaki adalah cara terbaik untuk berinteraksi dengan masyarakat setempat dan mendapat informasi lebih dalam tentang sejarah, juga budaya. 

Sekarang, wisatawan yang ingin berinteraksi dengan masyarakat lokal jumlahnya lebih banyak dibanding jenis wisatawan "touch and go," yang datang, potret-potret, kemudian pulang. 

Hal tersebut diungkapkan Erina Loo dari Asosisasi Pemandu Wisata Asia Tenggara (SEATGA) yang jadi salah satu pembicara dalam pelatihan bertajuk Professional Development Training on Guideline for Asean Cultural and Heritage Tourism Travel Pattern di Museum Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (4/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pelatihan yang difasilitasi Kementerian Pariwisata RI ini diikuti pelaku industri pariwisata negara-negara ASEAN.

Negara-negara ASEAN bertekad menjadikan Asean sebagai tujuan wisata tunggal dengan produk unggulan wisata budaya dan sejarah. Produk wisata budaya dan sejarah, yang sepuluh tahun terakhir ini dikembangkan, terbukti berhasil meningkatkan kunjungan wisatawan intra-Asean maupun mancanegara. 

Erina Loo adalah pemandu wisata di Malaysia sejak 2009 dengan ketertarikan khusus pada wisata sejarah dan budaya. Namun Erina punya pendekatan berbeda dibanding pemandu wisata lainnya. 

Erina mencontohkan Kota Tua yang jadi produk andalan wisata sejarah Jakarta. Dia tak mau hanya mengagumi gedung-gedung tua di seputaran Taman Fatahillah itu sebagaimana tercantum dalam buku panduan wisata. 

Menurut Erina, kalau ada Kota Tua artinya ada masyarakat yang sudah lama bermukim di sana. Kalau ada masyarakat yang sudah lama bermukim pastilah ada sungai di dekatnya. Sungai menjadi awal dari semua, dan dari sanalah terbentuk gambaran bagaimana para pedagang datang hingga lahirnya sebuah kota. Maka dari sungai lah Erina memulai banyak turnya. 

“Produk budaya dan sejarah itu seksi, dan hanya dengan berjalan kaki kita bisa dapat detailnya. Karena itu jika tur bersama pemandu lain selesai cuma dalam 15 menit, dengan saya bisa lima jam,” kata Erina. 

Pemandu wisata pun dituntut memiliki pengetahuan komprehensif dari banyak sisi tentang objek yang tersedia dalam paketnya serta mau mengobservasi sebelum mengembangkan sesuatu. Baru kemudian menyampaikan sejelas-jelasnya kepada konsumen. 

Dua kota kembar di Malaysia, George Town dan Melaka, menurut Erina, semestinya ada dalam satu paket. Jika wisatawan mendatangi George Town, sebaiknya mendatangi Melaka juga, demikian pula sebaliknya, karena sejarah dua kota ini saling berkait. 

Namun karena tak banyak pemandu yang menguasai sejarah Georgetown dan Melaka, yang bertebaran adalah seperti sekarang, paket George Town dan Melaka dibuat terpisah. Wisatawan sudah puas datang ke Melaka hanya untuk berfoto lalu pulang tanpa mendapat cerita lebih dalam. 

Tak kurang pentingnya dalam wisata budaya dan sejarah adalah makanan khas karena makanan menunjukkan cara hidup masyarakat di suatu tempat.

Tur kuliner hanya akan berhasil dan dikenang jika menggabungkan banyak elemen juga, bukan hanya rasa. Karenanya pemandu wisata pun sebaiknya tahu bahan yang digunakan, latar belakang terciptanya makanan itu, serta budaya mana saja yang jadi penyumbang cita rasanya. 

“Malah kalau bisa, pemandu mengajak wisatawan menemui pemilik kedainya untuk mendapat cerita sentimental dan momen-momen berkesan sang pemilik terkait makanan tersebut,” ujar Erina. 

Dalam pembukaan pelatihan, Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Wisata Budaya Kemenpar Lokot Ahmad Enda memberi contoh wisata budaya dan sejarah yang dikemas dalam Jejak-jejak Peradaban (Trail of Civilization) berhasil meningkatkan kunjungan wisatawan di masing-masing negara.

Jejak-jejak Peradaban adalah atraksi dan diskusi budaya yang diikuti negara-negara Asean. Pelatihan ini diharapkan menghasilkan rekomendasi untuk perbaikan dalam pedoman perjalanan wisata budaya dan sejarah di Asean. Selain itu akan jadi acuan dalam membuat sampel perjalanan wisata budaya dan sejarah yang akan diujicobakan dalam kegiatan familiarization trip. (les/les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER