Jakarta, CNN Indonesia -- Jika Anda cukup beruntung menemukan belahan jiwa, pertanyaan selanjutnya, bagaimana Anda mencapai kebahagiaan selamanya bersama dia? Menurut Hannah Fry, mungkin pertanyaan itu bisa dijawab lewat sebuah rumus sederhana.
Fry yang bekerja di Pusat Analisis Spasial Lanjutan di UCL London menjelaskan dalam buku terbarunya
The Mathematics of Love, peramal terbaik langgengnya sebuah hubungan adalah seberapa positif atau negatif hubungan Anda dan pasangan satu sama lain.
Dalam bukunya, Fry membahas karya inovatif psikolog John Gottman dan timnya. Selama bertahun-tahun, Gottman dan timnya mengamati ratusan pasangan dan mencatat ekspresi wajah, detak jantung, tekanan darah, konduktivitas kulit, dan kata-kata yang mereka pakai ketika berbincang dengan pasangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fry menjelaskan, “Dalam hubungan di mana kedua pasangan menganggap hubungan tersebut bahagia, perilaku buruk dianggap sebagai tidak biasa. “
Seorang istri menganggap suaminya menjadi pemarah ketika dalam kondisi tidak biasa, misalnya ada tekanan di tempat kerja atau tidur malam yang buruk.
“Dalam hubungan negatif sebaliknya,” kata Fry. “Perilaku buruk dianggap sebagai norma.”
Seorang suami, misalnya, berpikir sifat pemarah istrinya adalah hal 'khas' karena sifat egois atau ciri negatif lain.
Gotman kemudian bekerja dengan ahli matematika James Murray untuk memahami mengapa spiral negatif tersebut terjadi. Mereka lalu menemukan persamaan yang memprediksi seberapa positif atau negatif suami atau istri dalam percakapan mereka berikutnya.
Gottman dan Murray menemukan, pengaruh pasangan satu sama lain adalah faktor terpenting. Jika seorang suami mengatakan sesuatu yang positif, misalnya setuju dengan istrinya atau membuat lelucon, istri akan bereaksi positif pada gilirannya.
Namun, jika dia melakukan sesuatu yang negatif, seperti menyela istrinya atau membantah sesuatu yang istrinya katakan, kemungkinan sang istri kemungkinan akan terpengaruh negatif. Ambang batas negatif istri ketika frustasi dengan suaminya adalah saat di mana dia akan merespons sangat negatif.
Yang menarik, Fry mengatakan, dia membayangkan hubungan terbaik akan memilik ambang negatif tertinggi. Artinya, mereka akan fokus pada kompromi dan akan mengemukakan masalah hanya jika itu adalah masalah besar. Namun, yang benar justru sebaliknya.
Hubungan paling sukses adalah hubungan dengan 'ambang negatif' sangat rendah, kata Fry. “Dalam hubungan tersebut, pasangan dapat mengkomplain satu sama lain, dan bekerja sama memperbaiki masalah kecil di antara mereka. Dalam kasus tersebut, pasangan tidak menyimpan apa yang mereka rasakan, dan hal-hal kecil tidak berakhir dengan ledakan yang di luar proporsinya.”
Pasangan yang bahagia cenderung memiliki interaksi positif daripada negatif, dan saling memberi manfaat atas keraguan masing-masing. Saat ada masalah, mereka akan membicarakannya dengan cepat, memperbaikinya, dan melanjutkan hubungan.
(win)