Jakarta, CNN Indonesia -- Banyak orang yang menyepelekan gejala wasir. Buang air besar disertai dengan darah seringkali dianggap hal biasa yang akan tuntas ketika sudah meminum obat atau memperbaiki makan.
Padahal, ada ancaman yang lebih besar yang bisa saja terjadi dibalik kondisi tersebut. Profesor dan konsultan internist-gastro entero hepatologis dokter Lesmana mengatakan, hati-hati jika buang air besar disertai darah karena bisa jadi itu bukan wasir, tapi kanker usus besar.
"Kalau buang air besar ada darahnya, harus hati-hati. Itu tidak sedikit yang mengira wasir, tapi ternyata bukan. Keluhan pada kanker usus biasanya kalau tidak buang air besar terus, atau kurang ke belakang," kata Lesmana dalam dalam sebuah diskusi di Rumah Sakit MRCCC Siloam, Jakarta, belum lama ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain perdarahan setelah buang air besar, ada juga beberapa tanda dan gejala lainnya yang bisa menjadi indikasi kanker usus besar. Misalnya saja diare atau sembelit selama lebih dari beberapa minggu, feses yang secara konsisten lebih kecil dari biasanya, dan buang air besar yang tidak tuntas.
Kanker usus besar juga patut diwaspadai jika terjadi penurunan berat badan atau kelelahan yang tidak jelas penyebabnya.
Sementata itu, penyebab utama terjadinya kanker usus besar adalah terjadinya perubahan konsumsi makanan. Lesmana mengatakan, penelitian di beberapa negara menyebutkan, meningkatnya konsumsi lemak menyebabkan banyak orang terkena risiko kanker usus besar.
"Dulu banyak orang yang makan serat, sekarang kebanyakan suka makan daging dan itu dianggap faktor risiko," ujar Lesmana. Kurang olahraga, merokok, konsumsi alkohol, dan kurang vitamin D juga bisa menjadi penyebab.
Faktor keturunan juga mempengaruhi penyakit kanker usus besar. Jika riwayat keluarga ada yang mengidap penyakit tersebut, kemungkinan besar keluarga lainnya juga akan mengidap kanker yang sama.
Tak hanya itu, adanya polip atau tumor jinak kecil yang bertangkai juga bisa menjadi kanker usus besar. Namun, perkembangan polip bisa dicegah jika diketahui sejak dini dan bisa ditindaklanjuti.
Adapu orang-orang yang berisiko terkena kanker usus besar adalah orang berusia di atas 50 tahun, penyakit radang usus yang berjalan lama, riwayat kanker lainnya, sejarah kanker uterus, ovarium, payudara, atau kanker usus kecil.
Jika tak ditangani, kanker usus besar akan menyebabkan komplikasi seperti perdarahan saluran cerna, sumbatan pada usus, dan penyebaran kanker ke bagian tubuh lainnya.
Di Indonesia, jumlah penderita kanker usus besar pun cukup tinggi, sekitar 5,75 juta kasus per tahunnya. Kesadaran bahwa telah mengidap kanker usus pun cenderung terlambat. Lesmana mengatakan biasanya seseorang baru tahu terkena kanker usus besar ketika sudah stadium tiga.
"Kalau stadium A masih di usus saja, B sudah sampai dinding, C sudah keluar kelenjar, dan D sudah menyebar ke hati. Kebanyakan di Indonesia C, sudah kena kelenjar jadi terpaksa perlu dikemoterapi," ujar Lesmana.
(utw)