Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang bayi gemetaran di tempat tidur rumah sakit. Kaki kecilnya berkedut tak terkendali. Dia mengepalkan tangannya dan terengah-engah seperti kejang. Namun, yang semakin memilukan adalah diagnosis bayi yang baru lahir tersebut.
Meskipun usianya baru beberapa minggu, bayi mungil tersebut menderita akibat penghentian obat. Dilaporkan oleh
Daily Mail, setiap 19 menit seorang anak di Amerika Serikat lahir dengan sindrom putus obat. Penderitaan tersebut diwarisi dari ibu mereka yang seorang pecandu obat.
Bagi bayi yang baru lahir, minggu-minggu awal adalah kehidupan yang penuh cinta dan kekaguman. Tidak demikian dengan bayi yang terpapar narkotik sejak dalam kandungan. Minggu pertama mereka amat panjang dan menyedihkan karena harus bertempur melawan sindrom putus obat atau
neonatal abstinence syndrome (NASS).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bayi yang mengalami kondisi NASS dapat mengalami gejala seperti gemetar, meratap sedih, mengepalkan otot mereka, dan terengah-engah, seperti halnya orang yang mengalami pemutusan obat.
Sebuah video dari
Reuters menampilkan realitas mengerikan bayi yang lahir dengan sindrom putus obat. Kondisi tersebut diwarisi ibu mereka yang kecanduan narkoba saat bayi berada di dalam rahim. Di AS, epidemi kecanduan opioid (morfin, heroin, methadon) semakin meluas pada ibu hamil.
Lebih dari 130 ribu anak-anak di AS lahir dengan kondisi sindrom putus obat selama dekade terakhir ini. Kondisi tersebut mirip dengan orang dewasa kecanduan heroin yang mengalami Cold Turkey (berhenti langsung) untuk mengalahkan kondisi ketergantungan mereka terhadap obat.
Seperti yang dialami seorang ibu bernama Jennifer Lacey Frazier. Dia baru saja menyelesaikan terapi kecanduan obat. Namun, upaya tersebut terlambat menyelamatkan putrinya, Jacey. Bayi itu tidak hanya mewarisi mata biru ibunya, tapi juga ketergantungan Franzier terhadap obat.
Jacey mengalami penderitaan sindrom pemutusan obat selama dua minggu, akibat metadon yang dikonsumsi Franzier selama kehamilan untuk mengontrol ketergantungannya terhadap obat penghilang rasa sakit.
Enam bulan kemudian, bayi tersebut meninggal akibat dosis mematikan metadon yang keliru diberikan kepada putrinya.
Investigasi dilakukan untuk memeriksa 110 kasus sejak 2010 yang mirip dengan kasus Jacey, bayi dan balita yang ketika di dalam kandungan, ibu mereka menggunakan opioid, dan pada akhirnya mengalami kematian yang tidak dapat dicegah.
Dilahirkan dengan sindrom putus obat tidak membunuh anak-anak itu. Masing-masing dari mereka dapat pulih dan keluar dari rumah sakit. Namun, yang mambahayakan adalah saat mereka pulang ke rumah dengan keluarga yang tidak memiliki perlengkapan dan kesiapan untuk merawat mereka.
Terdapat dua tipe sindrom putus obat pada bayi baru lahir, yaitu sindrom yang terjadi akibat penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) selama ibu hamil, dan sindrom yang terjadi akibat pemutusan penggunaan obat yang digunakan untuk terapi nyeri pada bayi baru lahir.
(win/utw)