Studi: Keluarga Kecil Lebih Baik untuk Perkembangan Anak

Windratie | CNN Indonesia
Senin, 04 Jan 2016 12:08 WIB
Berdasarkan studi, anak lebih tua cenderung memiliki kemampuan kognitif lebih rendah dan masalah perilaku ketika adik termuda mereka lahir.
Ilustrasi orang tua bermain bersama anak. (Thinkstock/MIXA next)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setiap anak yang berasal dari keluarga kecil mungkin merasa menyesal karena karena tidak memiliki saudara laki-laki atau perempuan yang banyak. Kelihatannya, keluarga besar dengan jumlah anak banyak banyak barangkali membuat iri karena suasana rumah yang selalu ramai.

Namun, studi terbaru melaporkan, ada alasan meyakinkan untuk tidak membayangkan keluarga besar sebagai hal yang lebih membahagiakan.

Dilaporkan oleh Independent, berdasarkan jurnal terbaru yang ditulis oleh tiga ahli ekonomi, saudara yang lain cenderung memiliki kemampuan kognitif lebih rendah, lebih banyak masalah perilaku, serta hasil lebih buruk di kemudian hari. Studi ini melibatkan data orang tua dan anak selama 26 tahun yang melaporkan setiap kelahiran baru anak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penelitian sebelumnya mengklaim bahwa kualitas anak berbanding lurus dengan jumlah anak yang dimiliki sebuah keluarga. Studi tersebut dianggap sangat tidak masuk akal, karena tidak memberitahu seberapa tinggi pendidikan yang dikenyam anak, apakah anak bekerja ketika besar, dan apakah anak memiliki catatan kriminal.

Studi lama tersebut juga mendukung ide popular perkembangan anak-anak di masa awal, waktu dan sumber daya yang dicurahkan orang tua kepada anak saat masa pertumbuhan berdampak seumur hidup pada anak.

Pakar ekonomi, Chinhui Juhn , Yona Rubinstein dan C. Andrew Zuppann, mengambil data dari  Survei Remaja Nasional pada 1979. Survei tersebut bertanya tentang kemampuan membaca dan matematika anak, perilaku anak, lingkungan rumah seperti seberapa sering orang tua membacakan dongeng atau membantu pekerjaan rumah mereka.

Studi terakhir ini menganalisis prestasi anak lebih tua sebelum dan sesudah anak lebih muda mereka lahir.  Mereka melihat adanya penurunan pengasuhan orang tua pada anak lebih tua. Contoh pengasuhan misalnya, seberapa sering orang tua menunjukkan kasih sayang kepada anak, dan berapa banyak buku yang dibacakan kepada anak.

Mereka melihat, pengasuhan kepada anak lebih tua turun tiga poin setelah anak lebih muda lahir. Sementara, skor kognitif jatuh sebesar 2,8 poin, dan meningkatnya masalah perilaku. Efeknya juga berbeda berdasarkan jenis kelamin anak lebih tua, kata Juhn dan rekan penelitiannya.

Anak perempuan yang mendapatkan adik baru lebih mengalami penurunan pada skor pelajaran bahasa dan matematika. Sementara anak laki-laki lebih memiliki masalah perilaku. Untuk setiap kelahiran baru, peneliti menemukan, rata-rata pendidikan yang diterima anak menurun.

Panelitian ini menunjukkan bahwa efek ini bukan merupakan efek samping sementara, tapi terjadi selama perkembangan anak dan dalam kehidupan yang akan datang. Akibatnya adalah pendidikan yang lebih rendah, pendapatan lebih rendah, perilaku kriminal lebih banyak, dan lebih banyak kehamilan remaja.

Peneliti menemukan bahwa jumlah waktu yang dihabiskan orang tua kepada masing-masing anak adalah faktor utama yang membuat perubahan pada setiap kelahiran anak berikutnya.

(win/win)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER