Mengenal Restless Leg, Si Sindrom Kaki Gelisah

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Selasa, 19 Jan 2016 16:01 WIB
Ketika Sally berbaring kakinya langsung terasa kesemutan, seperti ada listrik yang menjalar di kakinya. Penyakit ini disebut sebagai restless leg syndrome.
ilustrasi (Unsplash/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sudah 25 tahun lamanya Sally harus merasakan sindrom restless leg. Perempuan berusia 80 tahun itu tidak bisa lagi menikmati waktu bersantai. Ketika ia duduk atau berbaring kakinya langsung terasa kesemutan, seperti ada listrik yang menjalar di kakinya.

Gangguan yang dirasakan pada kakinya bahkan membuat ia tidak bisa tidur nyenyak. Apalagi saat gejalanya mulai muncul lagi. Saking mengganggunya, ia sempat terpikir untuk mengakhiri hidupnya. Keputusan ini sempat diambulnya sebelum menemukan seorang dokter atau terapis yang membantunya.

Sally bukanlah satu-satunya orang yang mengalami hal ini. Thomas juga sudah merasakan sindrom restless leg selama 20 tahun. Saat sindromnya muncul, kakinya terasa mengencang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya harus menggerakan kaki saya untuk membuatnya lebih baik.  Kadang saya pikir kondisi saya akan lebih baik," kata laki-laki berumur 85 tahun, dikutip dari Prevention.

Tak jauh berbeda dengan Sally dan Thomas, Mary merasakan sindrom restless leg sejak usianya 20 tahun. Ia mendapatkan sindrom tersebut dari ibunya yang diduga juga menderita gejala yang sama.

"Rasanya sangat aneh, susah dijelaskan. Sepertinya ada yang menjalar-jalar di kaki saya, membuat saya tidak bisa mendiamkan kaki saya. Ketika saya melawan rasa itu, seperti ada sengatan listrik di telapak kaki," ujar Mary.

Apa sebenarnya Sindrom restless leg atau yang disebut RLS ini? Banyak ahli yang mengatakan bahwa penyakit ini dikenal juga sebagai penyakit kaki gelisah. Sindrom restless leg berhubungan dengan adanya gangguan pada pembuluh vena. Sindrom itu muncul ketika pembuluh vena tidak lagi elastis. Gejala yang mungkin timbul adalah tungkai kaki berkedut sewaktu tidur.

Biasanya keadaan ini akan membaik ketika seseorang melakukan gerakan seperti peregangan, menggoyangkan kaki, atau berjalan. Umumnya gejala tersebut akan memburuk ketika malam hari, atau saat tidur.

Sayangnya, gerakan yang dianggap sebagai upaya untuk 'memperbaiki kondisi saat itu' sebenarnya hanya akan menambah kelelahan Anda.

Dikutip dari Mayo Clinic, para peneliti menduga restless leg mungkin disebabkan ketidakseimbangan dopamin pada otak, yang mengirimkan pesan untuk mengontrol gerakan otot.

Mereka juga mengindentifikasi kalau gejala tersebut bisa muncul karena keturunan. Peneliti mengaku menemukan gen penyakit ini dalam kromosom.

Selain akibat keturunan, sindrom ini juga bisa terjadi akibat kehamilan. Beberapa perempuan merasakan sindrom ini pada trimester terakhir mereka. Namun, tanda-tanda dan gejala sindrom tersebut akan biasanya menghilang setelah melahirkan.

(chs)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER