Jakarta, CNN Indonesia -- Seperti hari biasanya, Pasar Palmerah selalu terlihat sangat sibuk. Pemandangan pedagang melayani pembeli, suara pedagang yang memanggil pengunjung pasar untuk singgah, hilir mudik laki-laki memikul barang, motor-motor yang melintas di jalan sempit untuk memotong jalan, dan orang-orang berlalu lalang, jadi keriuhan harian di kawasan padat penduduk itu.
Di balik pagar yang tingginya tak sampai dua meter di belakang pasar, ternyata ada sebuah kesibukan lainnya. Beberapa pria dan wanita terlihat memandikan patung-patung.
Pengurus dan umat Klenteng Hian Thian Siang Tee saat itu ternyata sedang melakukan bersih-bersih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Klenteng yang biasanya sepi saat pasar sedang ramai-ramainya itu memulai kesibukannya sejak pukul 06.00 WIB. Semua barang dikeluarkan dari dalam klenteng, tanpa terkecuali.
Dari mulai meja-meja besar hingga wadah-wadah untuk pelita juga dikeluarkan untuk dibersihkan. Tak ketinggalan, patung atau Rupang Dewa yang bersemayam di dalam klenteng.
Sekitar pukul 07.00 WIB, bersih-bersih klenteng dimulai. Setiap orang mengambil bagiannya sendiri.
Ada yang membersihkan meja, mencuci botol dan tempat pelita, membersihkan dan mengecat papan, hingga membersihkan dinding dan lantai klenteng.
Suan Cie memilih untuk membersihkan Rupang Dewa. Semua Rupang Dewa baru bisa dibersihkan pada tanggal 25, bulan ke-12, dalam penanggalan China.
Sebab, pada tanggal itu semua Dewa sudah naik ke langit dan rupang mereka sudah kosong sehingga bisa dibersihkan.
Bagi perempuan berusia 62 tahun itu, membersihkan Rupang Dewa bukanlah hal yang baru lagi. Sejak 2004 silam, dia sudah melakukan aktivitas tersebut, setiap tahun.
Ia terlihat begitu seksama membersihkan satu demi satu Rupang Dewa yang telah berjejer di atas meja di teras klenteng. Dengan menggunakan sebuah kuas, ia mengoleskan sabun pembersih ke tubuh patung.
 Ritual memandikan Rupang di Klenteng Hian Thian Siang Tee, Palmerah, Jakarta. (CNNIndonesia Photographer/ Adhi Wicaksono) |
Penggunaan kuas bertujuan untuk membersihkan bagian-bagian yang sulit, yang mungkin tidak terjangkau dengan tangan.
Setelah seluruh bagian rupang dipenuhi busa, Suan Cie membilas menggunakan air mineral bertabur kembang di dalam wadah yang telah disiapkan. Terlihat ibu jarinya membersihkan sisa sabun dan kotoran dari rupang. Gerakannya seperti memijat patung-patung tu dengan lembut.
Setelah patung dirasa sudah cukup bersih, Suan Cie mengeringkan rupang dengan handuk kecil yang sedari tadi menggelayut di pundaknya.
Kemudian rupang yang sudah bersih diletakannya di atas meja. Dia pun mengambil rupang selanjutnya untuk dibersihkan.
Suan Cie mengatakan tidak ada ritual khusus yang harus dilakukan sebelum membersihkan rupang. "Hanya sembahyang, dan biasanya tidak boleh makan makanan yang berjiwa selama satu hari," kata Suan Cie kepada CNNIndonesia.com.
Dengan berkontribusi membersihkan klenteng dan terutama membersihkan Rupang Dewa, Suan Cie berharap dirinya akan mendapatkan berkah.
Mengecat Papan dengan Cat EmasTahun ini, ada kegiatan tambahan dalam bersih-bersih di Klenteng Hian Thian Siang Tee sebelum Tahun Baru Imlek tiba. Papan-papan yang menggantung di klenteng tidak hanya dibersihkan, tapi juga dicat ulang.
Salah satu pengurus klenteng mengatakan, pengecatan papan tidak dilakukan setiap tahun. Papan dicat ulang ketika sudah terlihat tidak menarik atau ketika ada sumbangan untuk membeli cat.
Alasannya, harga cat dan serbuk emas yang digunakan untuk memoles aksara di papan-papan tersebut harganya sangat mahal.
Bersyukur, tahun ini ada orang yang menyumbangkan sebagian rezekinya untuk membeli cat dan serbuk emas.
 Pengurus membersihkan melukis ulang papan nama Klenteng Hian Thian Siang Tee, Palmerah, Jakarta, Rabu, 3 Februari 2016. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Wakil Ketua Klenteng Iwan Baskara Guntur dipercaya untuk mengecat ulang papan yang cat emasnya sudah memudar itu. Berbekal cat yang dituang di sebuah mangkuk kecil dan kuas kecil, tangannya terlihat hati-hati saat mengoleskan cat.
Harga cat dan serbuk emas yang mahal seperti mengharuskan siapa saja yang menggunakannya untuk lebih teliti agar hasilnya pun memuaskan.
Semua kegiatan bersih-bersih yang dilakukan pada hari itu tidak hanya bertujuan membersihkan debu yang sudah mengendap selama satu tahun, tapi juga untuk menyambut kedatangan Dewa yang kembali dari langit usai Tahun Baru Imlek.
(meg)