Jakarta, CNN Indonesia -- Memasuki industri fesyen Indonesia tentu bukan perkara mudah. Tak hanya mengandalkan kreativitas, para perancang busana pun harus mempertimbangkan hal lain, seperti faktor siap pakai dan dapat dijual.
Hal tersebut disampaikan perancang busana, Ghea Panggabean pada proses penjurian finalis AirAsia Runway Ready Designer Search (AARRDS) 2016, Sabtu (16/4) di Soehana Hall, Energy Building, Jakarta.
AARRDS adalah ajang pencarian perancang busana muda di ASEAN dengan konsep
ready-to-wear.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dewan juri pada ajang khusus di Jakarta adalah pengamat dan praktisi industri mode Ghea Panggabean, pemimpin redaksi Elle Indonesia Kuntum Bainina, Founder of Kuala Lumpur Fashion Week Andrew Tan, Vivy Yusof, serta Adelheid Helena Bokau yang juga pemilik situs fashion e-commerce, Fashion Valet.
"Yang kita mesti capai ujung tombaknya adalah ready to wear dan yang bisa dijual. Begitu terjun di fesyen industri, kita tidak bisa hanya mengandalkan kreativitas, banyak segi lainnya, " tutur Ghea kepada para peserta.
Ghea menyarankan peserta ataupun perancang busana muda yang hendak memasuki industri fesyen untuk banyak belajar dan membuka mata.
AARRDS 2016 menghasilkan Sarah Devina Susanto dari Raffles Institute, Imme Kristiani dari LPTB Susan Budihardjo, dan Hanifia Rahmadiani dari Raffles Institute terpilih mewakili Indonesia pada Grand Finale AARRDS 2016 di Kuala Lumpur, Agustus mendatang. Mereka mengalahkan ratusan desainer muda yang mendaftar audisi AARRDS di Jakarta.
Di Kuala Lumpur, ketiganya akan berkompetisi dengan para finalis dari Manila, Kuala Lumpur, Singapura dan Bangkok untuk meraih gelar AirAsia’s Most Promising Designer 2016 dengan hadiah senilai total Rp1 miliar (RM350,00). Mereka juga berkesempatan menampilkan keseluruhan koleksinya pada Kuala Lumpur Fashion Week Ready-to-Wear 2017.
Finalis dipilih atas dasar kreativitas, orisinalitas rancangan, konsistensi dalam keseluruhan koleksi, kesesuaian dengan tema yang ditentukan, kepraktisan koleksi, dan presentasi di hadapan dewan juri.
Sarah mengambil inspirasi dari batik Pekalongan yang digabungkan dengan tenun, dua elemen yang menghasilkan kesan maskulin dan feminim, tradisional dan kontemporer.
"Waktu yang diberikan sangat singkat untuk menjelaskan tentang inspirasi dan konsep koleksi ini, sehingga saya harus benar-benar menggunakan waktu singkat itu sebaik-baiknya," ujarnya saat dihubungi CNN Indonesia.
Untuk grand finale Agustus nanti, Sarah menyatakan tengah mempersiapkan tiga tampilan ready-to-wear.
AARDS 2016 adalah pergelaran kali kedua. Head of Sales and Distribution AirAsia Indonesia, Adelheid Helena mengatakan, “Tidak mudah bagi kami untuk memilih tiga finalis dari ratusan pendaftar yang berpartisipasi. Namun inilah menariknya sebuah kompetisi," ujarnya.
(sil/sil)