Jakarta, CNN Indonesia --
Kabar buruk bagi perempuan. Dokter jantung menyatakan bahwa perempuan yang terkena penyakit jantung dini semakin bertambah. Padahal, seharusnya perempuan baru terkena penyakit jantung setelah memasuki masa menopause.
"Perempuan yang sudah terkena serangan jantung sebelum menopause itu berarti gaya hidupnya sangat kacau," kata Antonia Anna Lukito, dokter jantung saat ditemui CNNIndonesia.com pada pertemuan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), di Kuningan Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
"Perempuan itu memang telat mengalami serangan jantung. Biasanya laki-laki di usia 45 ada yang sudah terkena serangan, sedangkan perempuan di usia yang sama masih aman. Tapi ketika perempuan sudah masuk menopause, akan lebih cepat terjadi dan lebih jelek," kata Antonia.
Perempuan mengalami serangan jantung yang lambat disebabkan oleh hormon estrogen yang mereka miliki. Hormon ini ibarat dinding pencegah berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit kardiovaskuler.
Namun produksi hormon estrogen akan berhenti ketika perempuan sudah masuk masa menopause. Dengan berkurangnya hormon ini, maka dinding penjaga perempuan akan turun dan mudah mengalami berbagai penyakit termasuk serangan jantung.
Sehingga, menurut Antonia, kondisi perempuan di usia 55 yang terkena penyakit jantung cenderung lebih parah dibandingkan laki-laki yang terkena penyakit jantung pada usia yang sama.
Gaya hidup yang buruk ketika sebelum menopause yang dijalani perempuan dapat memicu serangan jantung lebih cepat dari kondisi normal. Kondisi yang tidak disadari adalah sudah memiliki kadar kolesterol yang tinggi, hipertensi, ditambah kegemukan, merokok, dan tidak berolahraga.
"Percuma kasih estrogen lagi ketika menopause, itu tidak berguna, ini berdasarkan penelitian. Kecuali sebelum menopause dia sudah ancang-ancang dengan mengonsumsi hormon," kata Antonia. "Kasus perempuan itu memang lebih sedikit, namun lebih mematikan." Kondisi hamil juga patut diwaspadai. Menurut Antonia, banyak perempuan hamil tidak menyadari bahwa ia telah memiliki risiko seperti hipertensi juga gangguan katup jauh sebelum kehamilan.
Masalahnya, ketika perempuan hamil maka jantungnya akan bekerja dua kali lebih berat karena harus menghidupi dua nyawa sekaligus, ibu dan anak. Kondisi jantung yang sudah tak sehat ini menyebabkan angka mortalitas atau kematian ibu tinggi ketika atau setelah melahirkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(sil/sil)