Jakarta, CNN Indonesia -- Virus flu burung yang merebak di Prancis membuat banyak pelaku industri makanan mewah, foie gras, kebat-kebit. Mereka khawatir akan merugi hingga jutaan euro karena tidak bisa menjual hati angsa yang telah mereka produksi sebelumnya.
Hal tersebut dikarenakan Pemerintah Prancis memberlakukan larangan konsumsi foie gras selama tiga bulan karena khawatir akan penyebaran flu burung. Itu juga berarti seluruh peternak angsa di 18 kawasan di barat daya Prancis tidak diperkenankan memiliki satu ekor angsa pun hingga Agustus nanti.
“Biasanya disini penuh dengan suara kepakan sayap dan angsa yang mengoek. Tapi sekarang sepi. Rasanya aneh. Tapi ini semua agar virus flu burung tidak kembali,” kata peternak angsa Florence Lasserre saat diwawancara
France Info.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Virus H5N1 diidentifikasi di peternakan ayam di Dordogne, November lalu, yang kemudian memicu pemeriksaan intensif oleh pijak pemerintah. H5N1 mematikan bagi unggas. Virus ini bisa menular pada manusia, hanya jika manusia tersebut sering melakukan kontak dengan unggas yang terinfeksi.
Guna mengurangi kerugian yang dialami para peternak dan pengusaha foie gras, Kementerian Pertanian Prancis mengatakan akan memberikan kompensasi total sejumlah 130 juta euro (Rp1,99 triliun).
Meskipun begitu, juru bicara asosiasi peternak angsa Cifog, Marie Pierre mengatakan selama tiga bulan alfa berproduksi akibat peraturan pelarangan foie gras, bisa membuat ribuan orang kehilangan pekerjaan.
“Foie gras punya mata rantai industri yang panjang, interupsi selama tiga bulan bisa mengacaukan aliras proses produksi, yang imbasnya membuat 4000 orang kehilangan pekerjaan,” sebut Pierre, seperti dilansir dari laman
Independent.
Di sisi lain, hal itu juga berarti mengurangi pasokan daging angsa dan foie gras sebanyak sembilan juta ekor di pasaran. Dengan kata lain, harga foie gras akan meningkat drastis.
Prancis merupakan produsen foie gras terbesar di dunia, yang menguasai 75 persen suplai foie gras dunia. Tahun 2014, Prancis tercatat mengekspor foie gras hingga 5000 ton ke seluruh dunia.
Foie gras - hati angsa berlemak tinggi - merupakan makanan mewah di Prancis. Di sisi lain, hal ini juga dianggap kekejaman pada hewan karena angsa dibuat gemuk dengan teknik pemberian makan paksa.
Oleh karena teknik ini, organisasi pembela hak hewan PETA, terus mengampanyekan aksi ‘anti foie gras’ agar peternak menghentikan teknik pemberian makan paksa. Lewat teknik tersebut, hati angsa bisa membengkak hingga 10 kali ukuran aslinya.
(les)