Jakarta, CNN Indonesia -- Pernahkah Anda mendengar tentang diet bebas gluten? Diet yang mengonsumsi makanan bebas gluten atau protein pada gandum tersebut tengah menjadi tren di Amerika Serikat.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2015 di the American Journal of Gastroenterology, diketahui 0,5 persen warga Amerika mulai menerapakan diet bebas gluten (GFD) secara ketat.
Mengonsumsi makanan bebas gluten juga telah menjadi gaya hidup di Negeri Paman Sam. Sebuah survei menemukan bahwa 25 persen warga mengonsumsi makanan bebas gluten, dan 15-21 persen menetapkan label bebas gluten adalah salah satu pertimbangan utama saat membeli bahan makanan di swalayan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun survei lainnya yang dilakukan oleh
Hartman Group pada 2014 dan 2015 menemukan hal lain. Survei terhadap 1500 orang dewasa Amerika dengan GFD tersebut menemukan 35 persen menyatakan mengikuti GFD tanpa alasan tertentu, atau malah, tidak ada alasan sama sekali.
Diet bebas gluten biasanya dilakukan oleh mereka yang mengalami celiac disease (CD). Penyakit ini terkait dengan imunitas seseorang yang sensitif terhadap protein pada gandum, rye, dan barley.
Kondisi CD memaksa seseorang menghindari beragam makanan atau minuman yang berisiko mengandung gluten seperti pada olahan gandum. Bagi penderita CD, memeriksa bahwa makanan mereka bebas gluten amatlah penting.
Norelle Reilly dari Divisi Pediatric Gastroenterology and the Celiac Disease Center Columbia University Medical Center, New York, menyatakan telah terjadi kesalahpahaman tentang diet bebas gluten di masyarakat.
"Terlepas dari masalah kesehatan, orangtua kadang memberlakukan diet bebas gluten pada anak mereka dengan harapan menurunkan gejala, dapat mencegah CD, atau sebuah alternatif sehat tanpa uji terhadap CD terlebih dahulu, atau berkonsultasi dengan ahli nutrisi," kata Reilly seperti yang dirilis
Journal of Pediatric.Menurut Reilly, GFD yang dilakukan oleh orang tanpa CD atau alergi gandum tidak membawa manfaat apapun. Bahkan, cenderung meningkatkan konsumsi lemak dan kalori. Imbasnya, pelaku diet bebas gluten malah akan mengalami kekurangan nutrisi. Banyak dari orang yang menerapkan GFD menganggap bahwa gluten adalah racun.
Bimbingan yang dilakukan oleh ahli nutrisi kepada sekelompok kecil pasien menemukan bahwa diet bebas gluten memang membawa dampak kesehatan dan peningkatan kualitas hidup, pada penderita penyakit celiac. Namun, tindakan tersebut tidak terbukti ilmiah pada anak tanpa diagnosis CD atau alergi gandum terlebih dahulu.
"Orangtua harus diberi penyuluhan tentang konsekuensi dari aspek keuangan, sosial, dan gizi dari penerapan diet bebas gluten yang tidak perlu,” kata Reilly.
Ia juga menyarankan kepada penyedia layanan kesehatan mengalihkan anggaran dari penerapan diet bebas gluten menjadi edukasi pasien dan orangtua terkait gluten.
(les)