Menepis Mitos Buruk Pil Kontrasepsi

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Kamis, 26 Mei 2016 07:10 WIB
Dari semua alat kontrasepsi, pil merupakan jenis yang paling sering mendapatkan opini negatif dari konsumen. Apa alasannya?
Sebaiknya berkonsultasi dengan dokter kandungan sebelum menggunakan pil kontrasepsi. (Thinkstock/AlexRaths)
Jakarta, CNN Indonesia -- Masyarakat Indonesia secara umum, sudah mengerti tentang kontrasepsi atau penundaan kehamilan. Kampanye Keluarga Berencana dengan slogan ‘Dua Anak Cukup’ yang digembar-gemborkan sejak era 80an, masih erat menempel di kehidupan penduduk Indonesia.

Beragam alat kontrasepsi pun kini sudah akrab dengan masyarakat, mulai dari Intrauterine Device (IUD) atau spiral, suntik hormon, kondom, koyo, cincin vagina, implan, hingga pil.

Namun, dari semua alat kontrasepsi tersebut, pil merupakan jenis yang paling sering mendapatkan opini negatif dari konsumen. Padahal, sejak mulai dipasarkan secara luas di Amerika Serikat pada 1960, pil KB menjadi alat kontrasepsi yang paling populer di seluruh dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski populer, masih ada rasa khawatir yang dirasakan para wanita karena pil tersebut dianggap memiliki banyak efek negatif dari kandungan hormonalnya seperti rasa mual, kulit mudah berjerawat, takut sulit hamil sesudahnya, berat badan naik, hingga kanker.

Kuatnya mitos seputar pil yang terus mengakar di kalangan wanita Indonesia, membuat penggunaan pil KB terus di angka yang terbilang rendah. Di Indonesia, angka penggunaan pil kontrasepsi adalah sebesar 13,6%. Jauh dibanding Thailand yang angka penggunaannya mencapai 35%.

Dari survei yang dilakukan Bayer, wanita Indonesia sebenarnya tidak keberatan dengan metoda kontrasepsi oral menggunakan pil. Namun ada syaratnya.

“Selain tingkat kesuksesan tinggi, yang diharapkan konsumen Indonesia adalah pil KB tanpa efek samping,” kata Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Boy Abidin, saat ditemui CNNIndonesia.com di acara diskusi media 'Your Body, Your Life, Your Decision-Fakta dan Mitos Pil Kontrasepsi’ pekan ini di Double Tree Hilton Hotel, Jakarta.

Boy menambahkan, saat ini sebenarnya pil KB sudah jauh lebih inovatif dibanding dulu.

“Kandungan dalam pil kontrasepsi dosisnya kini telah disesuaikan sehingga membantah mitos negatif yang berkembang sejak lama, dan mengurangi risiko yang ditakutkan para wanita,” terangnya.

Boy menyebutkan, kontrasepsi oral yang banyak dipasarkan sekarang ini merupakan pil kombinasi, yang mengandung dua jenis hormon yakni estrogen dan progesteron. Dosis hormon pada pil KB sangat rendah, sehingga selain mencegah kehamilan, juga bisa membuat kondisi rahim lebih sehat.

Pil kontrasepsi kombinasi bekerja mengatur hormon sehingga proses ovulasi atau pematangan telur dapat dicegah. Lainnya adalah mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma sukar mencapai sel telur, serta membuat kondisi dinding rahim jadi tidak sesuai untuk pelekatan embrio.

Dengan kombinasi tiga cara tersebut, berdasarkan data yang dihimpun Bayer, pil kontrasepsi memiliki tingkat kegagalan mencapai 0,1 persen. Lebih baik dibanding metode suntik dan kondom yang masing-masing memiliki tingkat kegagalan 0,3 persen dan 3 persen.

"Kebanyakan pil kontrasepsi saat ini adalah pil kontrasepsi oral kombinasi (KOK) dengan hormon rendah, tujuannya untuk mengurangi efek samping, jenis hormonnya semakin baik dan mendekati alami, dengan kemajuan teknologi kedokteran, direndahkan dosisnya tapi bukan efektivitasnya,” kata Boy.

Dia menambahkan, saat ini fungsi pil KB semakin bertambah, bukan hanya sebagai penunda kehamilan. Boye menyebut, pil kontrasepsi banyak manfaatnya, seperti siklus menstruasi yang teratur, menjaga kepadatan tulang, mengurangi angka terjadinya risiko kanker kolon dan rektal, serta menurunkan risiko terkena kista ovarium, tumor jinak payudara, penyakit radang panggul, anemia, artritis rematoid, dan perdarahan menstruasi yang berlebihan.

Ketakutan soal badan melar atau jerawat, semakin ditekan dengan kehadiran Drospirenon dalam pil yang bisa menjaga berat badan tetap stabil dan membantu mengatasi jerawat tingkatan ringan hingga sedang.

Perihal berapa lama pil kontrasepsi ini sebaiknya dikonsumsi, menurut Boy tidak ada patokan yang membatasi penggunaannya.

“Sekarang ini (pil kontresepsi) sangat individual penggunaannya. Selama fungsi hati dan ginjalnya bagus saat medical check up, dia boleh lanjut. Boleh sampai dia di usia menopause. Kalau pakai pil tidak akan tahu kapan hormonnya berhenti, karena pil ini kan terus menambah hormon, biasanya umur 40 udah berganti cara yang lain," katanya.

Oleh karena itu, Boy pun menyarankan sebelum memulai penggunaan pil kontrasepsi sebaiknya berkonsultasi dengan dokter. (les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER