Asap Jadi Penyebab Utama Kanker Nasofaring

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Kamis, 26 Mei 2016 10:30 WIB
Kanker Nasofaring (KNF) berada pada urutan keempat sebagai kanker terbanyak di Indonesia setelah kanker leher rahim, kanker payudara paru.
Pilek menahun bisa jadi salah satu gejala kanker nasofaring. (Thinkstock/Tomwang112)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kanker masih menjadi momok kesehatan di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, prevalensi kanker di Indonesia saat ini adalah 4,3 per 1000 penduduk dan penyebab kematian nomor tujuh, 5,7 persen dari seluruh penyebab di Indonesia.

Terdapat berbagai jenis kanker yang menghantui masyarakat, namun yang paling sering dibahas adalah kanker payudara, kanker rahim, kanker prostat bagi pria serta kanker kolorektal atau kanker usus.

Satu yang jarang diketahui ialah adanya kanker nasofaring, atau karsinoma nasofaring (KNF).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal, dari data statistik, KNF berada pada urutan keempat sebagai kanker terbanyak di Indonesia setelah kanker leher rahim, kanker payudara dan kanker paru.

Umumnya, KNF ditemukan pada pria usia produktif, perbandingannya dengan wanita ialah 2:1. Kemudian, 60 persen pasien berusia antara 25-60 tahun.

Berdasarkan data yang dihimpun RS Sahid Sahirman, ditemukan angka kejadian yang tinggi pada daerah Asia Timur dan Tenggara. Kejadian tertinggi di dunia terdapat di China Tenggara yakni 40-50 kasus KNF diantara 100 ribu penduduk.

Di Indonesia sendiri, angkanya mencapai 4-9 kasus per 100 ribu penduduk, menempati peringkat ketiga di dunia.

"Kanker Nasofaring disebabkan oleh beberapa hal yakni Epstein-Barr Virus, peningkatan antibodi, genom virus pada sel tumor, bahan kimia termasuk asap, serta mengonsumsi makanan yang menghasilkan kandungan nitrosamine atau precursor nitro yang akan menjadi pemicu untuk terjadinya proses KNF," ujar Dr. dr. Cita Herawati, SpTHT-KL, saat seminar media 'Pengobatan Paripurna pada Kanker Nasofaring' pada Rabu (25/5) di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.

Asap yang dimaksud oleh dr. Cita ialah seperti rokok, dupa, kemenyan dan kayu bakar, obat anti nyamuk bakar serta pekerjaan yang menghasilkan serbuk-serbuk kimia, seperti peleburan besi dan serbuk kayu.

Selain asap, nitrosamine juga bisa dihasilkan oleh beberapa jenis makanan seperti ikan asin, sayuran yang diawetkan, dan makanan yang difermentasi.

"Tak sedikit yang menderita ini bukan karena asap rokok atau polusi, tetapi para Ibu yang masih memasak dengan cara tradisional pakai kayu bakar," katanya.

Gejalanya, dr Cita mengungkapkan, meliputi mimisan ringan sampai berat, terasa sumbatan di hidung, kadang sering dirasakan pilek lama yang seperti gejala sinusitis. “Kemudian ada juga rasa tidak nyaman di telinga karena tumor terletak di dekat muara tuba eustachius atau fossa Rosenmuller, yang rasanya seperti tersumbat, dengung, bahkan rasa nyeri,” sebutnya.

Gejala lain bisa jadi terasa di mata serta leher.

"Ketika menemukan benjolan pada leher jangan langsung ke dokter bedah, karena 90 persen benjolan leher berpusat di Nasofaring. Ketika sudah diangkat lebih dulu, maka penyebaran sel kankernya bisa lebih cepat. Kemudian pilek menahun jangan dibiarkan, memang mirip sinusitis tapi lebih baik segera cek," ujarnya. (les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER