Desainer Muslim Indonesia Butuh Branding dari Pemerintah

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Sabtu, 28 Mei 2016 16:43 WIB
Rencana menjadikan Indonesia sebagai pusat mode muslim dunia didukung oleh para desainer. Hanya saja, pemerintah dirasa belum maksimal mendukung mereka.
Busana karya Najua Yanti 'Amity Spectra di fashion show Muslim Fashion Festival Indonesia 2016. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Cita-cita Indonesia menjadi pusat mode muslim dunia di tahun 2020 menjadikan Muslim Fashion Festival 2016 sebagai batu loncatan pertama.

Peran setiap elemen dibutuhkan dalam hal ini. Tak hanya dari sisi desainer, dukungan pemerintah, masyarakat dan lainnya juga diharapkan bersatu untuk mewujudkan harapan tersebut.

Waktu yang tersisa kurang dari empat tahun lagi, mungkinkah terwujud? Salah satu desainer yang tampil pada pagelaran Muffest Indonesia 2016, Hannie Hananto mengungkapkan masih optimis akan cita-cita Indonesia menjadi pusat mode muslim dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hanya saja, dia menilai, harapan itu akan menjadi nyata jika pemerintah dapat membantu mempromosikan karya desainer.

Beberapa waktu lalu, Hannie yang pergi mewakili Indonesia ke Istanbul Modest Fashion Week, mendapatkan beberapa koneksi desainer dari negara lain. Dia melihat, dukungan negara lain kepada wakilnya yang begitu besar, tidak terjadi di Indonesia.

"Bagaimana mau branding kalau saat kami di sana kurang diumumkan di negeri sendiri. Padahal kalau dilihat-lihat Indonesia tidak kalah dibanding negeri lain. Sekarang pemerintah memang lebih terbuka dibanding sebelum-sebelumnya, tapi memang masih pelan-pelan," katanya.

Menurut Hannie, mimpi industri mode tahun 2020 nanti dapat ditandai dengan sebuah momen. Dia berharap, pemerintah pun mempunyai cara untuk memengaruhi negara lain untuk menunjukkan fesyen muslim Indonesia.

"Jangan fokus pada ekspor saja, itu hanya output. Saat ini kita sedang berjalan ke Internasional bahwa fesyen muslim kita top. Tapi yang diutamakan itu bagaimana memengaruhi negara lain. Kita harus menjadikan busana muslim ini sebagai duta dan semestinya ada tanda atau momentum di tahun 2020 seperti Indonesia Modest Fashion Week atau sebagainya," katanya saat acara Muffest 2016 di Plasa Selatan Istora Senayan Jakarta.

Di tempat lain, Irna Mutiara mengatakan, bahwa yang diperlukan Indonesia untuk mencapai mimpi tersebut adalah dengan bergerak cepat dalam meningkatkan kualitas.

"Sewaktu di Brisbane saya diajarkan dan diperlihatkan ada satu showcase yang menampilkan brand lokal dan merepresentasinya. Mau belanja atau bertanya, di situ bisa untuk mewakili brand negaranya. Kita ingin Indonesia punya itu. Memang ada market place seperti Tanah abang, Thamrin city, tapi itu tidak merepresentasi. Jadi kita ingin yang lebih eksklusif," ungkap Irna kepada CNNIndonesia.com, belum lama ini.

Setali dengan Hannie, langkah yang diperlukan menurut Irna ialah perihal branding berkelanjutan.

Di kesempatan lain, Monika Juffry justru sedikit ragu akan terwujudnya mimpi tersebut di tahun 2020. Tetapi, dia menilai, jika ditambah usaha maksimal bukan tidak mungkin mimpi itu terjadi.

"Optimis enggak optimis sih. Yang penting tetap berusaha, memang rasanya 'apakah bisa mencapai ini dalam waktu tiga setengah tahun?' tapi kalau sudah kehendak Allah kita tidak pernah tahu. Yang penting berusaha maksimal dan optimal," ujarnya. (meg)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER