Jakarta, CNN Indonesia -- Menyebut nama Biyan Wanaatmadja di belantika mode Indonesia, selalu dibalas dengan seulas senyum dan mata berbinar. Selama 34 tahun menjadi desainer, Biyan selalu memberikan yang terbaik, mendandani wanita agar terlihat menarik, tanpa harus terkurung oleh busana yang mereka pakai.
Malah, itu menjadi slogan Biyan. Cantik yang tak mencekik.
“Saya ingin membuat wanita terlihat cantik, tapi tidak tersiksa,” kata Biyan, saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com, sebelum pergelaran busana tunggalnya di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, belum lama ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Biyan menghadirkan koleksi yang penuh warna, kontras dengan koleksi berpalet pastel yang umumnya dia hadirkan. |
Selain itu, Biyan juga selalu meletakkan Indonesia di setiap karyanya. Namun, Indonesia tidak dihadirkan secara lugas, melainkan dieksplorasi secara lebih luas dan mendalam, serta dipadankan dengan berbagai budaya negara lain.
Dalam setiap karya Biyan, ada akulturasi, yang juga menjadi ciri budaya Indonesia. Begitu juga dengan koleksi terbarunya. Biyan memadukan Indonesia dengan kain Chintz yang berasal dari Gujarat, India.
“Tekstil India sudah jadi komoditas perdagangan penting yang diekspor ke China dan India sejak masa lampau. Beberapa motif serta pewarna celup di kain batik juga dipengaruhi tekstil India,” papar Biyan.
Latar belakang tiga negara itu, China, India dan Indonesia, berpadu di catwalk Biyan. Segara Ballroom diubah jadi teras istana China dengan pilar-pilar besar berwarna merah, sementara para model berlenggak-lenggok dalam balutan busana bermotif eksotis, yang mengingatkan akan batik dan kain India sekaligus.
Satu hal yang menjadi fokus perhatian, kali ini, koleksi Biyan tampil penuh warna. Merah mendominasi yang ditingkahi biru denim, emas, serta hitam. Di sisi lain, koleksi Biyan juga dihiasi kristal, payet, serta bordir yang menegaskan kesan elegan serta mewah.
Mengenai koleksinya yang penuh warna, Biyan hanya berkomentar singkat. “Saya ingin bermain warna,” kata pria yang pernah bekerja di Rumah Mode Enrico Coveri ini.
Sementara, tentang motif yang kontras dan bentuk potongan yang asimetris, Biyan mengatakan koleksinya adalah kepingan puzzle dari seluruh karyanya selama 34 tahun.
“Ada sebuah evolusi dalam setiap fase perjalanan hidup setiap orang yang secara tidak langsung akan menempa karakter seseorang,” tutur Biyan.
“Saya sudah begitu lama ada di industri mode, kenapa tidak saya mencari ide dari arsip lama, semua yang terekam dalam perjalanan hidup, baik senang maupun sedih. Menggarap sesuatu yang baru dari hal-hal lama.”
Seluruh kenangan itu, diwujudkan Biyan menjadi sebuah koleksi besar, hanya dalam waktu enam bulan. Sebanyak 102 koleksi kemudian dipersembahkan ke hadapan ratusan tamu dalam koleksi berjudul ‘Benang Merah’.
 Benang Merah merupakan kumpulan inspirasi dari perjalanan karya Biyan selama 34 tahun. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
“Intinya, segala yang ada di sekitar kita sebenarnya selalu memiliki konektivitas. Terdapat benang merah yang menghubungkan semuanya,” ujar Biyan.
Hal itu diwujudkan Biyan dalam konsep ‘tabrak lari’. Dia memadukan bahan mewah seperti lame jacquard dan lace, dengan berbagai bahan basic layaknya denim dan linen. Tidak melulu menghadirkan gaya anggun dan feminin, Biyan memadukan potongan deskontruktif dengan teknik olah bahan, menghadirkan sederetan karya unik bernafaskan bohemian.
Pertunjukkan Biyan, bukan hanya soal pamer karya. Setiap tahunnya, Biyan bekerjasama dengan beberapa komunitas dan yayasan guna menggalang dana. Tahun ini, show Biyan yang disponsori Ioma, juga menjadi ajang galang dana bagi Komunitas Cinta Kasih, Kkottongnae Indonesia, serta Fan Campus Indonesia.
Koleksi busana Biyan bisa lebih detail disaksikan di
galeri foto berikut.
(les)