Pria Tuna Rungu yang 2 Dekade 'Kabur' dari Kejaran Banteng

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Kamis, 14 Jul 2016 10:30 WIB
Sergio Colas, penyandang tuna rungu, setia mengikuti Festival San Fermin yang terkenal dengan atraksi bull run atau menghindar dari serudukan banteng.
Peserta Festival San Fermin di Pamplona, Spanyol, berusaha menghindari serudukan banteng dengan berlari cepat sejauh 875 meter dari kandang ke arena adu banteng. (REUTERS/Susana Vera)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pekan kedua Juli, pusat kota Pamplona, Spanyol, selalu disorot oleh dunia berkat kegiatan tahunan ikonik mereka, bull-run atau balap lari banteng. Kesempatan itu pun tak disia-siakan oleh Sergio Colas, satu dari ribuan pelari yang ikut kegiatan tersebut.

Colas bukan peserta sembarangan, ia adalah salah satu peserta yang tak dapat mendengar keriuhan ribuan pelari menjauhi serangan kerbau. Colas sudah jadi tuna rungu sejak lahir.

Namun keterbatasannya itu tak menghentikan ia menaklukkan banteng Sapnyol seberat 650 kilogram yang terkenal akan serangan tanduknya itu. Seperti pelari lainnya, Colas harus menuntaskan rute lari sejauh 875 meter.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hal yang paling penting dari bull-run ini adalah apa yang terlihat, dan saya melihat lebih banyak daripada orang lain," kata Colas, seperti yang dilansir Reuters.

Tahun ini adalah kali ke-20 Colas mengikuti ajang yang dalam seabad terakhir telah memakan 15 korban jiwa. Meski kerap diminta tak perlu mengikuti ajang tersebut, pria 25 tahun ini justru menganggap keterbatasannya membuat ia lebih fokus memperhatikan jalur lari dan menuntaskan lomba itu hingga akhir.

Diselenggarakan sebagai bagian dari San Fermin Festival pada 6-14 Juli, Pamplona Bull-Run telah disiarkan langsung melalui televisi selama 30 tahun dan diikuti oleh hampir satu juta orang Spanyol dan mancanegara.

Sebagai peserta yang memiliki keterbatasan dari segi fisik, banyak pertanyaan tentang cara Colas menyelesaikan rute penuh kehebohan itu. Ternyata, Colas punya beberapa cara khusus menjalani perlombaan.

Colas selalu memulai dari titik yang sama setiap tahunnya. Ia memanjat sebuah kusen toko untuk melihat ketika perlombaan sudah dimulai, lantaran ia tak dapat mendengar bunyi letusan tanda mulai bull-run.

"Saya suka ketika pelari datang dengan sangat cepat karena semakin banyak celah di antara kerumunan dan saya dapat mengendalikan kecepatan banteng dan punya jalur sprint yang kosong," kata Colas.

Sebelum berlari, Colas juga selalu mencium sebuah medali bergambar Santo Fermin, inspirasi nama festival ini. Medali tersebut ia gantungkan di leher dan ia bawa sepanjang jalur Pamplona.

Colas awalnya mengikuti kegiatan ini tanpa sepengetahuan orangtuanya, saat ia berusia 15 tahun. Namun aksinya itu ketahuan sang Ibu ketika foto Colas terpampang di koran lokal.

Sempat khawatir, sang ibu justru menjadikan kegiatan tersebut sebagai tradisi keluarga. Bahkan ayah Colas, Txema, telah berlari selama 40 tahun. Sampai saat ini, Colas belum ada keinginan menggantungkan sepatunya dari festival tersebut.

"Ketika saya di depan banteng itu, saya merasakan serbuan adrenalin. Inilah sebabnya saya tetap berlari, karena saya sangat menyukainya,” katanya. (les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER