Konsumsi Pemanis Buatan Bisa Rangsang Makan Berlebihan

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Kamis, 14 Jul 2016 17:40 WIB
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa konsumsi pemanis buatan rendah kalori merangsang tubuh untuk makan lebih banyak, dibanding dengan gula alami.
Pemanis buatan justru membuat tubuh mencari lebih banyak gula sehingga memicu keinginan makan berlebih. (Thinkstock/Peter Galbraith)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemanis buatan rendah kalori banyak diyakini sebagai solusi diet untuk menghindari gula demi kesehatan dan berat badan terjaga. Namun sebuah penelitian terbaru justru menunjukkan bahwa konsumsi pemanis buatan rendah kalori merangsang tubuh untuk makan berlebih.

Penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal Cell Metabolism dan dilakukan oleh tim peneliti gabungan dari University of Sydney dan the Garvan Institute of Medical Research. Dalam penelitian tersebut, tim ilmuwan menggunakan lalat buah sebagai objek penelitian.

Tim peneliti menguji lalat buah dengan memberi makan mereka dua jenis perlakuan, diberi makan ragi dan sukrosa sebagai jenis gula alami, dan kelompok dengan pemanis sintetik sukralosa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasil penelitian menunjukkan lalat buah yang diberi makan pemanis buatan bebas-gula seperti sukralosa, justru mengonsumsi kalori 30 persen lebih banyak, dibandingkan lalat buah yang mengonsumsi gula buah seperti sukrosa.

Dan ketika pemberian sukralosa dihentikan, lalat buah tersebut kembali mengonsumsi kalori dalam jumlah normal. Menurut para peneliti, mengonsumi sukralosa justru mendorong tubuh untuk mencari dan makan gula asli.

"Setelah mengonsumsi terus-menerus pemanis buatan, lalat buah lebih dapat menyadari kandungan gula asli walaupun dalam jumlah yang sedikit, kemudian mereka akan terdorong makan lebih banyak dan secara fisiologi tubuh mereka akan merespon lebih optimal," kata Greg Neely, pemimpin penelitian, seperti dilansir Scientific American.

Tim peneliti juga menemukan bahwa ada keterkaitan antara dampak konsumsi gula buatan dengan sistem saraf pada otak. Ketika seseorang mengonsumsi gula buatan, maka kandungan kalori yang rendah membuat otak merespon dengan efek seperti berada dalam kondisi lapar.

Rasa manis yang dirasakan otak dari pemanis buatan tidak sebanding dengan kandungan kalori yang diterima dan dibutuhkan oleh tubuh. Ini menyebabkan otak mendorong tubuh untuk meningkatkan konsumsi makanan.

Hasil pengujian lainnya pada tikus selama tujuh hari juga menunjukkan hal serupa. Tikus yang diberi konsumsi rendah kalori justru cenderung makan lebih banyak sebesar 50 persen dibandingkan tikus mengonsumsi gula asli.

"Temuan yang kami temukan dari respon kelaparan ini membuat makanan bernutrisi itu lebih baik ketika Anda benar-benar lapar," katanya. "Setidaknya melalui penelitian ini menunjukkan pemanis buatan tidak sepenuhnya berguna bagi hewan. Butuh penelitian lebih lanjut guna mengetahui dampak khusus bagi manusia." (les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER