Jakarta, CNN Indonesia -- Obesitas adalah masalah serius di Amerika Serikat. Menurut
Journal of American Medicine (JAMA) tahun lalu lebih dari satu per tiga orang dewasa di Negara Adidaya itu kelebihan berat badan. Artinya, hampir 35 persen dari populasi 78,6 juta orang.
Salah satu pemicunya: candu masyarakat Amerika terhadap
junk food. Demi mengantisipasi itu, pemerintah setempat pun meluncurkan program 'Choose My Plate.' Sebuah rekomendasi untuk mengisi separuh piring dengan buah dan sayuran.
Namun laporan terbaru membuat publik berkesimpulan upaya pemerintah itu tidak serius. Pasalnya, mengutip
Fox News, hanya sebagian kecil dari subsidi pemerintah yang dilarikan ke produksi produk-produk segar dan menyehatkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sisanya? Lebih banyak diberikan kepada komoditas pertanian yang menjadi bahan dasar untuk
junk food. Itu disampaikan oleh laporan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) setempat.
Dari 1995 sampai 2010, laporan itu menyebutkan, pemerintah menghabiskan US$170 miliar untuk subsidi agrikultur. Namun subsidi itu disalurkan untuk produksi bahan-bahan yang membuat
junk food bisa berharga terjangkau bagi publik lokal.
Komoditas itu termasuk jagung, kacang kedelai, gandum, beras, air gula, susu, dan daging.
Memang bahan-bahan pangan itu tidak serta-merta merusak tubuh dan bisa dibuat menyehatkan. Tapi
New York Times melaporkan, kebanyakan bahan itu justru dijadikan sebagai bahan pelengkap makanan yang mahal, seperti gula jagung, minyak, daging olahan, dan karbohidrat kompleks, atas nama menyehatkan. Alhasil, itu tak terjangkau publik.
Laporan itu diperkuat sebuah studi yang dipublikasikan di
JAMA Internal Medicine pada awal Juli lalu. Riset CDC menemukan bahwa dari 10 ribu orang dewasa di AS yang menjadi responden, berisiko obesitas 37 persen lebih tinggi.
Ironisnya, mereka itu adalah yang konsumsinya terhadap makanan yang disubsidi pemerintah tinggi. Mereka cenderung punya lemak perut, kolesterol, serta gula darah yang tinggi.
Sebagian peneliti memang berpendapat bahwa dua hal itu--subsidi pemerintah AS terhadap makanan dan konsumsi masyarakat pada
junk food yang membuat obesitas--tidak berhubungan langsung. Namun tetap pemerintah punya 'andil.'
"Ini mengatakan pada kita bahwa faktor-faktor yang memengaruhi harga makanan kita adalah faktor tambahan," kata Ed Gregg, kepala seksi epidemiologi dan statistik di CDC bagian Translasi Diabetes. Ia berharap, temuan itu bisa sampai ke pembuat kebijakan dan membuka mata mereka.
"Dan orang-orang yang memengaruhi bagaimana subsidi itu berjalan," katanya menambahkan.
Temuan Gregg mendukung perdebatan dan kritik soal pembaharuan dana pertanian setiap lima tahun sekali. Kata kritik, dana pemerintah lebih mendukung mereka yang menanam komoditas pangan ketimbang petani buah dan sayur.
"Agrikultur tidak sejalan dengan gol dalam kesehatan publik," kata Caroline Franck, salah satu penulis laporan di
Archives of Internal Medicine. (rsa/les)