Jakarta, CNN Indonesia -- Daging akan semakin langka di daerah Piedmont, Italia, terutama Turin. Walikota setempat, Chiara Appendino punya niat menjadikan kampung halaman klub sepakbola Juventus itu sebagai kota vegetarian dan vegan pertama di Italia, menurut
New York Times.
Appendino mengatakan baru-baru ini, bahwa diet vegetarian dan vegan akan menjadi prioritasnya dalam memimpin. Perempuan 32 tahun itu akan menjadi pemimpin pertama yang melakukannya.
Appendino, yang baru dilantik bulan lalu sebagai walikota ke-20 untuk Turin mengatakan, diet itu merupakan langkah fundamental untuk menyelamatkan lingkungan, menyehatkan masyarakat, dan menyejahterakan binatang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencananya, salah satu langkah yang akan ditempuh Appendino adalah mengedukasi anak-anak di sekolah guna mengurangi konsumsi daging. Dengan demikian ia berharap anak-anak akan meninggalkan budaya memakan daging itu.
"Para tokoh di bidang kesehatan, pakar nutrisi, dan ahli politik akan membantu mempromosikan budaya menghormati di sekolah-sekolah kita, mengajar anak-anak tentang bagaimana makan sembari menyelamatkan bumi dan binatang."
Rencana itu jelas menjadi pro dan kontra. Tentangan datang dari masyarakat lokal, terutama generasi tua, yang tidak bisa membayangkan harus hidup tanpa makanan lokal yang berdaging.
Makan daging sudah menjadi 'adat' bagi masyarakat Italia yang dijalankan selama berabad-abad. Kuliner setempat yang menjadi andalan di antaranya
vitello tonnato (daging sapi dengan saus tuna),
brasato al barolo (daging yang direbus bersama anggur Barolo), dan
finanziera (makanan yang dibuat dari daging campuran organ hewan).
Tapi belakangan, tren menjadi vegetarian dan vegan di Italia mulai marak. Turin saja sudah punya 30 restoran yang disebut vegetarian dan vegan.
"Makanan enak seperti steak
chianina dan daging babi hutan liar sudah menghilang dari menu restoran yang terkenal karena daging, anggur, dan kejunya," kata penduduk setempat, Elena Coda. "Saya tidak yakin tren itu akan berlanjut."
Ia yakin pasti ada reaksi-reaksi yang tak diharapkan, cepat atau lambat, terhadap keputusan itu.
Namun menurut pemerhati lingkungan Stefania Giannuzzi, tujuan menjadikan Turin sebagai kota vegetarian dan vegan bukan bermaksud mematikan restoran lokal dengan makanan tradisional.
Katanya, "Kami sangat menghormati warisan makanan dan restoran-restoran yang ada. Tidak ada niat melawan industri perdagingan, meskipun saya sendiri sudah jadi vegetarian selama 20 tahun."
(rsa/les)