Paris, CNN Indonesia -- Satu lagi desainer mode asal Indonesia mengibarkan merah-putih di pusat mode dunia, Paris. Sebastian Gunawan menjadi desainer Indonesia pertama yang tampil di acara fesyen bergengsi, Paris Couture Week.
Desainer yang akrab disapa Seba itu, berbagi panggung dengan para langganan panggung adibusana seperti Versace, Dior dan Armani.
Di panggung Paris Couture, sebagai satu-satunya perancang mode asal Indonesia yang memiliki gelar Asian Couturier Extraordinaire dari Asian Couture Federation (AFC), Seba memiliki kesempatan menunjukkan dua koleksi sekaligus untuk musim dingin 2016/2017.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertama, ia menampilkan 20 koleksi dari lini adibusananya, yakni Sebastian Gunawan Couture, kemudian disusul oleh sebuah koleksi hasil kolaborasinya dengan label multi desainer COUTURiSSIMO, yakni label multi-DNA, yang menyajikan nafas baru dari setiap kolaborasi. Koleksi Sebastian Gunawan Couture yang tampil di panggung adibusana Paris, terinspirasi dari romantisme Ballets Russes serta eksentrisitas Luisa, Marchesa Casati Stampa di Soncino, seorang pengagum seni dari Italia di awal abad ke-19.
Sebagai seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah sebuah seni hidup, Luisa menginspirasi Seba yang kemudian mewujudkannya melalui gaun-gaun panjang dengan detail bulu, payet, dan renda yang riuh.
Potongan dan siluetnya tetap mempertahankan karisma khas Seba, yakni potongan anggun dan klasik, dengan detail embroideri yang tidak berlebihan. Kualitas koleksi couturenya, yang didominasi warna-warna gelap, begitu tinggi dan meskipun dibuat di Jakarta, tak kalah dengan koleksi couture khas Paris.
Dengan ciri utama adibusana yakni dibuat berdasarkan pesanan dan dengan proses pengepasan yang rinci, sepotong jumpsuit dan cocktail gown akan benar-benar menjadi sebuah karya seni terapan yang nyaris tanpa cela. "Saya menggabungkan elemen klasik, mutakhir, dan elegan, untuk membuat perempuan berani mengekplorasi dirinya sendiri," ujar Seba.
Nampak jelas, ketika sebuah koleksi dengan durasi pembuatan hingga 6 bulan tersebut dilihat dari dekat, bahwa setiap bagian dipertimbangkan dengan matang, mulai dari bodice (badan), bawahan, bahu dan lengan, serta aksen-aksen detail yang menyertainya.
 Di Paris, Seba menghadirkan dua koleksi, yakni lini Sebastian Gunawan Couture dan koleksi kolaborasi dengan Couturissimo. (Dok. Sebastian Gunawan) |
Bagian kedua dari kreasi Seba untuk label COUTURiSSIMO ditampilkan secara langsung. Koleksi ini terpisah dari Sebastian Gunawan Couture, paling tidak secara bisnis, meski secara DNA, Couturissimo by Sebastian Gunawan memuat inti sari dari estetika lini Couturenya, yakni feminitas, gaun malam serta dres cocktail dengan konstruksi yang simpel, lengkap dengan detail-detail minimalis namun kentara.
Untuk koleksinya di COUTURiSSIMO, Seba mencoba mengambil inti dari estetika label adibusana dan mengolahnya sehingga terkesan modern dan tidak terlalu berat.
Modernisasi menyentuh bukan hanya dari segi estetika, namun juga dari sisi pemasaran. Karena COUTURiSSIMO hanya memiliki butik daring (online shop), proses fitting-nya pun dilakukan secara daring. Klien akan direpresentasikan dengan sebuah avatar, dimana klien bisa memasukkan ukuran tubuh beserta berat dan tinggi badan, yang kemudian diproses untuk menghasilkan sebuah ukuran yang diharapkan akan mendekati ukuran yang sebenarnya.
Karena tidak ada proses fitting secara langsung atau on-body serta tidak adanya kemungkinan alterasi, Couturissimo memang tidak masuk kategori couture, namun paling tidak klien bisa mencicipi estetika couture ketika desain pilihan mereka dirancang oleh couturier dengan DNA mereka masing-masing.
Couturissimo dijelaskan layaknya lini siap pakai dengan DNA couture, sebuah konsep yang sedikit ‘absurd’, karena salah satu mata rantai couture yang paling penting adalah presisi yang sempurna. Setiap koleksi dibuat khusus untuk satu orang.
Kendati demikian, proses fitting secara daring ini mungkin bisa menjadi sebuah gebrakan yang revolusioner, dimana banyak dari pecinta mode yang tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan fitting, namun mereka menginginkan pakaian dengan cita rasa dan kualitas material setara adibusana.
 Koleksi Sebastian Gunawan di Paris Haute Couture 2016. Untuk pertama kalinya, Sebastian Gunawan memamerkan koleksi di ajang pergelaran adibusana eksklusif di Paris. (Dok. Sebastian Gunawan) |
Bukan Coba-CobaDari kedua koleksi yang ditampilkan di panggung Paris, jelas bahwa langkah Seba bukanlah sebuah langkah coba-coba, meski ia sudah memiliki slot permanen di Jakarta Fashion Week serta beberapa lini lainnya seperti RED by Sebastian Gunawan dan Sebastian Sposa.
Sebelum go internasional, Seba memang ingin lebih dulu memperkuat identitas dan bisnisnya di ranah nasional. Tak hanya itu, langkah Seba menuju panggung global pun sangat sistematis, mulai dari berkiprah di Asian Couture Federation hingga akhirnya bisa tampil di Paris Couture Week.
Hingga saat ini, desainer Indonesia yang sudah pernah sukses mengadakan show tunggal di Paris serta masuk dalam kalender resmi hanyalah Tex Saverio, yang juga tergabung dalam ACF sebagai anggota tamu.
Kendati demikian, perjuangan Seba menembus industri mode Paris masihlah panjang. Kendala terbesar adalah menemukan ‘right people in right position’ atau mitra bisnis yang tepat.
Berkolaborasi dengan COUTURiSSIMO merupakan strategi yang sangat jenius, mengingat mengadakan sebuah fashion show di Paris tidaklah mudah. Selain dari segi finansial, mengadakan show di Paris yang bisa benar-benar menjangkau publik memerlukan tim marketing dan humas yang sangat terampil, sehingga show yang rata-rata berdurasi 15 menit bisa benar-benar efektif.
'Membonceng' sebuah label multi DNA seperti COUTURiSSIMO, dengan beking dari ACF, memudahkan talenta-talenta seperti Sebastian Gunawan untuk bisa memperkenalkan karyanya di panggung internasional.
"Ini adalah kesempatan saya yang pertama berada di Paris. Saya tentu saja menginginkan sebuah show tunggal, namun kita lihat nanti. Banyak sekali faktor yang menjadi pertimbangan,” kata dia.
(les)