Jakarta, CNN Indonesia -- Bagi para penderita insomnia, membuat tubuh tidur tidak semudah mematikan sakelar lampu di samping tempat tidur. Namun, para peneliti baru-baru ini menemukan bahwa sebenarnya, ada 'sakelar' di otak yang membuat manusia tertidur.
Melansir
Telegraph, para ilmuwan Oxford University berusaha mengetahui proses otak yang secara tidak diatur dapat jatuh tertidur.
Pada dasarnya tidur diatur oleh dua sistem. Pertama, sistem yang disebut jam sirkadian yang membuat tubuh 'melek' di siang hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan sistem kedua disebut 'homeostat tidur' yang dapat memicu seseorang untuk terlelap, walaupun tidak berada di waktu malam atau kondisi gelap.
"Jam sirkadian membuat manusia mengantisipasi perubahan lingkungan sekitar yang disebabkan oleh rotasi Bumi," kata pemimpin penelitian, Gero Miesenbock.
"Dengan demikian, jam sirkadian memastikan manusia tertidur ketika sudah lelah. Namun ini tidak menjawab mengapa manusia membutuhkan tidur," lanjutnya.
Menurut Miesenbock, penjelasan yang paling mungkin dapat dipahami tentang alasan manusia membutuhkan tidur adalah dari sistem kedua, yaitu homeostat tidur.
Miesenbock menjelaskan, homeostat berpengaruh pada sesuatu yang masih belum dapat dipastikan oleh ilmuwan. Sesuatu itu disebut ada pada otak manusia ketika sadar. Namun, dalam kondisi tertentu yang melibatkan 'sesuatu' tersebut, manusia dapat tertidur.
"Sistem seperti ini menghilang saat tidur, dan siklus kembali dimulai saat manusia terbangun," kata Miesenbock.
Kemudian tim meneliti homeostat di lalat buah yang dianggap memiliki sistem saraf kendali tidur mirip dengan manusia.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tersebut menjelaskan, ketika saraf tidur aktif, lalat buah lalu tertidur. Namun ketika sistem saraf ini 'tertidur', lalat justru terbangun.
Para peneliti menemukan aktif tidaknya sistem saraf pengendali tidur ini disebut dengan 'sakelar Sandman'. sakelar ini adalah gerbang fisik yang berfungsi menghantar atau menghalangi sinyal elektrik menuju sel.
Aktivitas 'sakelar' ini ternyata dipengaruhi oleh dopamin. Ketika tubuh berhenti memproduksi dopamin, 'sakelar' ini aktif dan manusia pun tertidur.
Para ilmuwan mulai berpikir untuk membuat ramuan kimia untuk 'sakelar' ini sebagai bentuk baru obat tidur yang super-efisien.
"Bila sel manusia punya 'sakelar' yang mirip dengan Sandman, ini berpeluang menjadi pil tidur yang aman dan efisien. Ini akan jadi cara yang sangat cepat untuk tidur bagi penderita insomnia,' katanya.
"Tidur masih menjadi misteri bagaimana tubuh dapat tertidur tujuh hingga delapan jam dalam sehari. Tujuan jangka panjang kami adalah mencari tahu tujuan terjadinya tidur, mencobanya dan mengendalikannya." lanjut Miesenbock.
(meg)