Jakarta, CNN Indonesia -- Saat merasakan sakit kepala atau nyeri lain, sebagian orang akan menelan paracetamol atau acetaminofen untuk meredakannya. Namun bila obat ini ditelan oleh ibu hamil, kelak akan berdampak pada perilaku anak.
Ini berdasarkan hasil penelitian yang dirilis JAMA Pediatrics, beberapa waktu lalu. Diketahui bahwa konsumsi acetaminofen pada trimester ke-dua dan ke-tiga kehamilan, kelak membuat anak hiperaktif dan mengalami gangguan emosional.
Fakta ini didapat setelah membandingkan anak yang semasa masih dalam kandungan, ibunya tidak mengonsumsi acetaminofen, demikian dilansir dari Live Science.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Temuan ini menunjukkan janin yang terpapar acetaminofen di trimester ke-dua dan ke-tiga memiliki risiko lebih tinggi terkena masalah perilaku," tulis peneliti yang dipimpin oleh Evie Stergiakoulli, dosen epidemologi dan statistika genetika University of Bristol, Inggris.
Para peneliti menggunakan data yang melibatkan hampir delapan ribu perempuan yang berpartisipasi dalam Longitudinal Study of Parents and Children, studi untuk mencari hubungan lingkungan dan genetik dalam kesehatan masyarakat, antara April 1991 hingga Desember 1992.
Para peneliti menanyakan kepada para ibu ini tentang penggunaan acetaminofen terutama saat kandungannya berusia 18 pekan dan 32 pekan.
Berikutnya, para peneliti kembali menanyakan kepada para ibu responden bagaimana polah anak mereka saat berusia lima tahun, juga tujuh tahun.
Survei menunjukkan sebesar 53 persen wanita mengonsumsi acetaminofen di pekan ke-18, dan sebesar 42 persen di pekan ke-32.
Dan ternyata sebesar 42 persen ibu hamil pengguna acetaminofen saat pekan ke-18 dan ke-32 kelak mengalami masalah dengan perilaku anak mereka. Selain itu, terdapat risiko sebesar 31 persen dari pengguna acetaminofen ini memiliki anak hiperaktif.
Pada wanita yang mengonsumsi di pekan ke-32, memiliki risiko 29 persen lebih besar memiliki anak dengan masalah emosional dan 46 persen lebih tinggi punya anak hiperaktif, kesulitan meredam emosi, dan hubungan sosial dengan sebaya.
Namun para peneliti belum dapat memastikan penyebab fenomena ini. Ilmuwan hanya mengasumsikan bahwa perkembangan otak janin lebih sensitif terhadap senyawa acetaminofen. Dan perkembangan otak secara aktif berada di trimester ke-tiga kehamilan.
Ini bukan penelitian pertama yang menunjukkan hubungan antara acetaminofen dan ibu hamil, dengan mengesampingkan faktor genetik riwayat kesehatan orang tua.
Namun penelitian ini masih memiliki keterbatasan seperti tidak diketahui jumlah acetaminofen yang dikonsumsi ibu hamil beserta frekuensinya. Para peneliti menilai masih perlu bukti lebih kuat untuk mendukung penemuan akibat konsumsi acetaminofen ini.
(end/vga)